Senin, 10 September 2012

Ya Allah lindungilah hamba dari fitnah orang-orang yang dzalim dan keji.
aamiin.

Selasa, 28 Agustus 2012

nih foto bulan Juni kemarin, rasanya pipi gendut banget.



nih foto hari ini, rasanya kok gak ada pipinya, 

pantesan banyak yang terkejut dan nanya-nanya,
"syh,sakit ya?"   mmmmmh.




Minggu, 26 Agustus 2012

mmmh...
penat, benar-benar penat.



nih, ada kelanjutan cerita dari kisah ala korea,
cuma sedikit sih, penulisnya lagi gak semangat.



LOVE TOWER  (Eps. Pelangi...?)


Manager Rey menatap Lee Hara lalu tersenyum hangat,
“anda kah desainer interior perwakilan dari Star Tower ?”
“ oh... heeee iya. Aku Lee Hara. Senang bertemu dengan anda kembali.”
Mendengar  ucapan Lee Hara, kening Manajer Rey sedikit mengkerut.
“oh, apa anda tidak ingat? Sebelumnya kita pernah bertemu di toko buku, waktu itu aku pernah meminjam sebentar  satu-satunya majalah limited edition yg tersisa di rak desain interor sebelum anda membelinya.” Lee Hara mencoba membuka ingatan manajer Rey.
Manajer Rey tersenyum pertanda ia ingat, lalu mengambil satu majalah diantara empat tumpukan majalah yang tersusun di sudut meja kerjanya,
“silahkan jika ingin membacanya kembali, semoga bermanfaat.” Manajer Rey memberikan majalah limited edition itu kepada Lee Hara.
Tentu saja Lee Hara terkejut, itu majalah limited edition yang sangat sulit didapatkan. Tanpa tahu maksud manajer Rey terhadap majalah tersebut, hanya dipinjamkan saja atau memang diberikan cuma-cuma pada Lee Hara, ia hanya menyambut majalah tersebut,
“ baiklah. terima kasih. Tentu saja majalah ini sangat kubutuhkan.”
Tiba-tiba Hwang Sed Min (staff  kantor) masuk ke ruangan manajer Rey,
“permisi...”
“ya, silahkan” jawab manajer Rey.
 “Manajer Rey, ada surat masuk dari perusahaan departemen store . Mereka akan mengadakan pameran property. Ada tiga puluh perusahaan property yang diundang termasuk juga perusahaan Bichnaneun Hill.”
Hwang Sed Min menyerahkan surat tersebut kepada manajer Rey.
Oohhh.... namanya Rey. dia dipanggil manajer Rey. mmmh... gumam Lee Hara setelah mendengar wanita yang berdiri di sebelahnya memanggil pria berkharisma dan baik hati yang duduk dihadapannya.
“ Baiklah. Terima kasih.” Manajer Rey menyambut sepucuk surat tersebut.
“ Sed Min, perkenalkan ini nona Lee Hara. Perwakilan dari Star Tower yang akan bekerjasama dengan perusahaan Bichnaneun Hill untuk proyek terbaru nanti.” Kata manajer Rey.
“oh, perkenalkan aku Lee Hara. Senang bertemu anda.” Lee Hara lebih dulu memperkenalkan diri.
“baiklah. Kau dari marga Lee ya? Aku Hwang Sed Min. Senang juga bisa bekerjasama denganmu. Oh ya. Mulai hari ini dan seterusnya kita akan sering berhubungan. Jika kau mengalami kesulitan atau butuh bantuan tentang proyek kita nanti, jangan segan untuk bertanya padaku ya.”
“baiklah.” Jawab Lee Hara.
Keduanya berjabat tangan dan saling memperagakan gaya salam khas korea dengan memungkukkan badan ke depan.

*****
Sementara di sebuah perusahaan penerbit ternama yang terletak di Jakarta, kesibukan pengeditan sebuah majalah islami yang populer di Indonesia tampak terlihat di ruang editing. Ya, ruangan itu dihuni oleh empat orang, tiga orang yaitu Ratna, Ilham dan Lili adalah staff editing sementara yang satu lagi seorang akhwat yang berkarakter lembut dan bersahaja bernama Salma adalah kepala editing. Keempatnya merupakan alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan yang sama. Mereka bisa terus bersama dalam dunia kerja karena Salma yang sejak kuliah sudah bekerja di perusahaan penerbit tersebut merekomendasikan ketiga temannya kepada pimpinan redaksi. Menurut Salma, daripada bingung mencari staff, lebih baik teman-temannya saja yang direkomendasikan. Bukannya nepotisme, tapi lebih pada keefektifan dan keefisienan. Lagi pula Salma sudah sangat faham dengan karakter dan kepribadian ketiga teman kuliahnya tersebut, dan yang lebih utama menurut Salma bahwa ketiga temannya ini memiliki fikroh yang sama. Di kampus mereka berempat aktif dalam kegiatan organisasi kampus baik organisasi keagamaan maupun organisasi kemahasiswaan.
“ Salma, bagaimana menurutmu ?” tanya Ratna sambil menunjukkan selembar kertas hasil editing kepada Salma.
“mmmh, bagian mana tadi yang diedit, ukht ?” tanya Salma.
“di paragraf kedua dan keempatnya.” Jawab Ratna yang kemudian duduk di kursi yang terletak di hadapan meja kerja Salma.
Salma membaca dan menelaahnya, kemudian tersenyum,
“subhanallah, hasil edit yang luar biasa Ratna. Artikel ini menjadi sangat menarik untuk dibaca. Selamat ya.” Salma memuji Ratna sembari memparaf lembar kertasnya lalu menyerahkan kembali kepada Ratna untuk diproses ke tahap berikutnya.
“alhamdulillah. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah. Ane memang suka artikel ini ukht, namun memang ada bagian paragraf yang harus ane edit.”
Ilham ikut nimbrung ke meja kerja Salma,
“sabtu pekan ini ada acara bedah buku Lukisan Kalbu di kampus UI depok, ane hanya mengingatkan. Anti jangan telat lagi ya, nanti mahasiswanya kecele lagi hehehe.”
Selain menjadi kepala editing, Salma  juga berprofesi sebagai penulis novel. Sudah enam novel islami yang ia hasilkan dan semuanya menjadi novel populer di Indonesia terutama untuk kalangan pencinta novel.
“ Jazakallah akh. Nanti hari sabtu ba’da subuh ane langsung ngibrit ke depok.”  Jawab Salma yang sedikit malu karena sering diingatkan teman-temannya untuk jadwal bedah bukunya.
“mau ngibrit pake apa?” tanya Lili dengan nada candaan.
“ hahaha, jangan sampai deh ngerayu mister.Ou ? Ilham menambahkan.
“mister.Ou???” kening Salma mengkerut. Apaan tuh?
“yaaaaah ukhti, maksudnya abang Ouuuuuuuuuuujek hihihi.” Ratna lebih paham bahasa kamus Ilham.
“hehehe. Wah, mending ane naik kereta pertama. Mudah-mudahan gak telat lagi  deh. InsyaAllah.” Jawab Salma.
“aamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.” Semua penghuni ruang editing meng-aamiin-kan.

*****
Di ruang rapat kantor Bichnaneun Hill, tim sukses proyek yang dipimpin oleh manajer Rey baru selesai melaksanakan meeting perencanaan yang mereka sebut pra-action.
“ Manajer Rey, ini beberapa pilihan desain ornamen plafon. Aku memadukan gaya ciri khas Eropa dan Timur Tengah. Karena buru-buru, aku tak sempat mencetaknya. Tapi silahkan anda lihat soft copynya. Nama Filenya Plafon new.”
Kata Lee Hara sambil menyerahkan sebuah flashdisc mungil berwarna biru langit kepada manajer Rey.
“Baiklah. Terimakasih. Oh ya, jika butuh referensi lebih banyak tentang desain interior, dirumah ada beberapa majalah limited edition. Ambil saja di rumah, semoga bermanfaat.” Manajer Rey mengoleksi beberapa majalah desain interior limited edition di rumahnya.
“oh, terima kasih. Baiklah manajer Rey. Permisi.”
Lee Hara lalu pergi meninggalkan ruang meeting. diruang kantor Lee Hara sempat berbincang dengan Hwang sed Min,
“Sed Min, kau tampak semangat sekali. Semoga proyek kita berhasil!” sapa Lee Hara dengan senyum khasnya.
“baiklah Hara. Kita harus semangat dan lebih tekun lagi. Jika proyek ini sukses, akan banyak hal menyenangkan yang akan kita dapatkan setelahnya.”
“Semangat!!!!” Lee Hara mengepalkan jemari kanannya dan mengangkatnya ke arah langit.
“oh ya, apa kau tau Hara. Manajer Rey adalah manajer baru di perusahaan Bichnaneun Hill, Dia salah satu arsitek muda terbaik di Jepang namun pindah ke Korea karena perusahaaan Bichnaneun Hill benar-benar membutuhkan orang yang ahli. Manajer Rey menggantikan manajer lama yang pindah ke perusahaan lain.” Sed Min melanjutkan obrolan.
“begitu ya. Mmmh... pantas. Sangat jarang seorang pria dengan tampilan yang masih muda bisa menduduki jabatan manajer jika dia bukan orang yang hebat dan cerdas.” Lee Hara semakin penasaran dengan sosok manajer Rey.
“Manajer Rey sebenarnya berasal dari Indonesia, dia seorang muslim. Tentu kau akan dapat membedakannya dengan yang lain jika sering berkomunikasi dengannya.” Hwang Sed Min memang paling sering berkomunikasi dengan manajer Rey di kantornya. Lee Hara pun sudah mengetahuinya saat di toko buku waktu itu ia mendengar manajer Rey berbicara via ponsel dengan seseorang yang ia yakini adalah orang Indonesia juga.
“mmmh. Sed Min. Bisakah kau beritahu dimana alamat manajer Rey. Aku membutuhkan referensi desain interior, manajer Rey menyuruhku mengambil majalah limited edition di rumahnya.” Tanya Lee Hara yang baru sadar belum meminta alamat pada manajer Rey.
Hwang Sed Min mengambil secarik kertas memo kecil dan menuliskan alamat manajer Rey lalu memberikannya kepada Lee Hara,
“ini. Semangat ya  Hara!”
“oh, baiklah. Sekarang aku harus kembali ke Star Tower untuk laporan hasil meeting tadi.” Ujar Lee Hara sembari pamit kepada Hwang Sed Min.

*****
Di dalam sebuah masjid besar yang berada di Jakarta Barat sore hari, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an  lirih namun sangat indah membuai rongga telinga. Tak ada siapapun di shaf wanita selain Salma, sementara di tempat sholat laki-laki yang berhijab sehelai kain hijau botol yang membentang dari dinding sebelah kanan sampai dinding sebelah kiri masjid sebagai pembatas antara tempat laki-laki dan tempat perempuan hanya beberapa orang saja yang mampir untuk sholat. Kebiasaannya mangkal di masjid setiap sore sudah lama Salma lakukan. Tepatnya sejak awal kuliah. Masjid, dimanapun berada adalah tempat paling nyaman bagi Salma. Ia sendiri, hanya sendiri.
Di masjid, selain sholat ashar Salma selalu mentilawah kitab suci Al-Quran dan juga melakukan muhasabah diri melalui makna ayat-ayat yang ia baca,

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syeitan yang terkutuk.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Sungguh beruntung orang-orang beriman.
Yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya.
Dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.
Dan orang yang menunaikan zakat.
Dan orang yang memelihara kemaluannya.
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Tetapi barang siapa mencari dibalik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.
Serta orang yang memelihara shalatnya.
Mereka itulah orang yang akan mewarisi.
Yakni yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.
Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling baik.
Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati.
Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari kiamat.
Dan sungguh Kami telah menciptakan tujuh lapis langit di atas kamu, dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami.
Maha suci Allah dengan segala firmannya.

Salma lalu meletakkan Al-Qur’an mungilnya di sudut sajadah, kemudian ia melakukan sujud dan duduk kembali lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa,
“Ya Rabb, wahai Engkau yang sangat aku cintai melebihi segalanya. Maha suci Engkau yang telah menciptakan tujuh lapis langit di atasku. Sungguh, Engkau maha sempurna dan tiada sekutu bagi-Mu. Allah, tiada yang kuharapkan seindah pertemuanku dengan-Mu. Aku mohon ampunilah aku dan seluruh anggota tubuhku. Sungguh hamba sangat lemah dihadapan-Mu ya Rabb, maka kuatkanlah aku. Telah ku syukuri segala nikmat yang Engkau berikan padaku, maka janganlah Engkau putus nikmat itu ya Rabb. Tambahkanlah selalu dan tambahkanlah selalu. Aku memohon pada-Mu kebaikkan untuk setiap urusanku, dan rahmatilah aku. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih-Mu Rasulullah SAW yang juga sangat kurindukan semoga keberkahan menaungi keluarga dan sahabat-sahabatnya. Aamiin Ya Rabbal alamiin.”
Salma melirik jam tangannya, waktu hampir melampaui petang, ia lihat dari jendela masjid jingga yang merata di ufuk barat namun awan masih sedikit malas untuk mengelam.
Salma tertegun berdiri di sisi jendela sambil menghadap ke langit,
“pelangi, betapa sulitnya kau menampakkan diri. Kini... mmmh.... Ya Allah.” Salma menghela nafas panjang penuh kepasrahan kemudian menunduk dan segera melangkah menuju ke luar masjid untuk pulang ke rumahnya.

*****




semangat syh!!!!

SEMANGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT !!!!!!!!!!!!!!!!

Di depanmu begitu terang cahaya.....

Kamis, 09 Agustus 2012

LOVE TOWER

mmh, awalnya cuma iseng aja, gara-gara sering numpang selonjoran di ruang arsitek.
karena nuansanya korea banGGet gichuh.... (maklum nih arsiteknya fans berat semua yang berhubungan dengan korea), so.... ya akhirnya mengalir aja di kepala sebuah kisah perjalanan hidup seseorang.

ups, jangan tanya kisahnya siapa. aku juga gak tau, cuma asal nulis aja.
aku juga gak tau pemeran utamanya siapa.
aku juga gak tau ceritanya tuh tentang apa.
dan gak tau nih tulisan bakalan lanjut apa cukup sekian dan terimakasih.

untuk nama-nama pemeran dalam tulisan ini hasil rekomendasi sang arsitek (iyalah,,, biar aku gak susah ngarang nama-namanya pemerannya). namanya juga cuma asal nulis :)


nih.....
anggap aja tulisan ini bab pertama dari cerita judul di atas.
antara Korea dan Indonesia :)
Selamat  membaca....

                                                                   
                                                              (  Salam....  )

“kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing... kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing... kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...”.
Bunyi alarm jam yang berada nol koma dua meter dari telinga seorang wanita yang sedang pulas tertidur diantara artikel-artikel, majalah dan berkas-berkas beserta bungkus camilan dan plastik cup minuman yang semuanya berserakan.
“uh, kenapa kau bangunkan aku cepat sekali, bisakah kau biarkan aku tidur lebih lama?”.  Tanpa membuka kedua matanya, tangan Lee Hara dengan cepat dan tepat meraih jam bundar  yang berbentuk  motif  ikan  lumba-lumba yang begitu berisik di telinganya lalu menyembunyikannya di bawah bantal. namun jam  itu hanya berhenti sejenak, kemudian berteriak lagi,
“kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing... kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...”.
Dan kali ini benar-benar memaksa Lee Hara untuk  duduk dan membuka kedua matanya, dengan mengembangkan kedua tangannya untuk menarik nafas yang panjang, tiba-tiba Lee Hara  terkejut ketika melihat kembali jam yang tadi ia sembunyikan di bawah bantal,
“ wuaaaaaaaaaaaah, aku terlambaaaaaaaaat.” Alhasil suasana kepanikan tak terhindar di kamar itu, semua artikel, majalah dan lain-lain hanya dirapikan seadanya, ia lalu mencuci muka, menyikat gigi, berganti pakaian, meraih tas ranselnya lalu segera meninggalkan kamarnya, di ruang keluarga tampak keluarga Lee Hara sedang berkumpul sarapan pagi,
“aku pergi....” Lee Hara memberi salam kepada semua penghuni rumah.
“sepertinya kau buru-buru?” tanya ibu Lee Hara.
“iya bu, selamat pagi semua...” Lee Hara kemudian pergi meninggalkan rumah sementara keluarga yang terdiri dari ibu ( Sol Dae Hyang), ayah (Lee Jin Hyuk), adik laki-laki ( Lee Chul Hee) dan nenek (Sang Min Sae) hanya terpaku melihat keterburu-buruan Lee Hara.

*****
Di perjalanan mulai dari keluar rumah, Lee Hara melangkahkan kaki dengan cepat, meski setiap bertemu dengan tetangganya ia tetap menyapa,
 “Achim insa, selamat pagi...” Lee Hara menyapa seorang nenek di dekat gang perumahan mereka,
“kau buru-buru lagi ?” tanya nenek itu.
“ya nek,....” dengan senyum dan lambaian tangannya Lee Hara segera pergi dengan cepat menuju sebuah halte bus untuk segera menuju kantor tempat kerjanya.
Suasana di dalam bus yang ber AC itu padat sekali, penumpang penuh sesak berdiri dengan sebelah tangan berpegangan pada gantungan yang tersedia di tengah atas bus, dengan beragam wajah dan tingkah laku masing-masing penumpang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
“kau tau, penduduk di Seoul ini mengalami peningkatan 50 persen lebih banyak setiap Tahunnya, lihat saja untuk satu bus ini bisa menampung manusia sepadat ini, mau kentut saja rasanya susah” kata seorang bapak bertopi kupluk dan bermantel kumal kepada rekannya.
“ya, aku sampai sulit untuk menggerakkan tubuhku. Jika aku bergerak sedikit saja, bisa bahaya bagiku”. Jawab seorang bapak sambil melirik seorang wanita korea berdiri sangat dekat dengannya yang begitu seksi dengan paduan rok mini dan blazer yang memiliki belahan dada yang panjang ke bawah.
Lee Hara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat  dan mendengar percakapan kedua penumpang itu, sementara di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan aktivitas penduduk Kota Seoul yang lalu lalang di trotoar, kendaraan di jalan raya hingga sampailah Lee Hara ke tempat tujuannya.

*****
Di halaman sebuah gedung perkantoran Lee Hara semakin mempercepat langkah kakinya,
“selamat pagi...” Lee Hara menyapa siapa saja yang tampak di hadapannya, hingga sampailah ia di depan sebuah Lift, pintu Lift kemudian terbuka, dan ia segera masuk ke dalam lift,
“selamat pagi...” Lee Hara menyapa semua penghuni lift. Suasana lift yang juga penuh sesak, dan akhirnya pintu lift di lantai 12 terbuka, Lee Hara pun segera berlari menuju kantornya.
“ hai semua... Achim insa. selamat pagi...” sapa Lee Hara pada semua rekan kerjanya, semua yang ada di ruangan hanya melihat kedatangan Lee Hara lalu meneruskan pekerjaan mereka di atas meja masing-masing
“kau telat lagi, kami baru saja selesai meeting dengan tim produksi dan tim pemasaran.” Kata seorang teman kerja wanitanya Kim Nam Woo yang selalu berpenampilan nyentrik dengan pakaian yang serba stylis dan sebuah pita kupu-kupu yang selalu menempel setiap hari di atas rambut ikalnya tergerai indah.
“ups... “ Lee Hara hanya berdiri terpaku, ia sadar bahwa pagi ini seharusnya ia bisa datang lebih awal karena harus meeting dengan tim produksi dan tim pemasaran perusahaan.
“Lee Hara, kau di panggil oleh manajer!” kata Park Seong Myeon yang baru saja keluar dari ruangan manajer, dia teman kantor pria yang berkarakter cuek dan serba pas-pasan mulai dari wajah, penampilan, pola fikir, kehidupannya, namun bicaranya saja yang suka berlebihan.
“Baik lah” dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya, Lee Hara menarik senyum dan berkata dalam hati Semangat Hara-ssi, Hwaitting!!! Lalu ia segera menuju ruang manajer dan  masuk ruangan tersebut.

*****
“permisi, Annyeong Ha-se-yo..” Lee Hara berdiri di dekat meja kerja dan memberi salam kepada manajer perencana Jang Myeon Han yang sedang memeriksa lembaran berkas yang memuat portopolio desain interior dari tim perencana.
“maaf, aku terlambat. Semalaman mengerjakan tugas, aku jadi ketiduran.”
Lee Hara membungkukkan tubuhnya ke depan sebagai permohonan maafnya.
Manajer Han, melirik ke arah Lee Hara, kemudian meletakkan berkas yang sedang ia periksa.
“baik lah, mana hasilnya?”
Lee Hara segera menyerahkan berkas hasil kerjanya semalam kepada manajer Han.
 “ semua ini hasil rancangan untuk produk sofa terbaru. Ada lima pilihan dengan perpaduan style antara Korea kuno dan Prancis klasik dengan menampilkan warna-warna pastel yang sedang trend saat ini di Asia dan Eropa.”
Lee Hara menjelaskan hasil rancangan terbarunya, sementara manajer Han memeriksa lembar demi lembar portopolio tersebut dengan serius.
“Dangsin-eun Ja hal. hasil kerja yang bagus!”
 manajer Han memuji Lee Hara dengan senyuman meski tatapan tetap serius pada portopolio..
“ Gamsahabnida. terimakasih.” Lee Hara merasa lega.
“baiklah, berdasarkan hasil meeting dengan tim produksi dan tim pemasaran, perusahaan Star Tower akan mengusulkan penambahan produksi produk tempat pencuci piring yang kita pasarkan satu bulan yang lalu. Desain yang beredar di pasar Asia menjadi trend mark sehingga banyak peminatnya.” Kali ini manajer Han fokus pada Lee Hara.
“oh... baguslah. Itu artinya perusahaan Star Tower akan menjadi trend icon dan sudah pasti mendapatkan keuntungan yang sangat besar.”
Manajer Han tampak lebih serius,
“sayangnya tidak semudah itu. Perusahaan yang memproduksi produk tempat pencuci piring dengan desain yang sama juga banyak beredar di pasar terutama Asia Tenggara. Jika kita tidak kreatif maka perusahaan kompetitor Star Tower akan merebut pasar.”
“manajer Han, apa yang harus kita lakukan?”
Lee Hara pun tampak lebih serius.
“aku minta desain terbaru produk tempat pencuci piring, pastikan ukuran, bentuk, warna dan bahannya benar-benar dapat disukai semua konsumen. Lee Hara, kau yang bertanggung jawab atas suksesnya desain terbaru ini. Aku minta kau buat 3 alternatif original desain. Hwaitting. Berjuanglah!!!”.
“ough... aku...” Lee Hara terkejut dengan telunjuk yang menunjuk ke arah mukanya sendiri.
“Baiklah, manajer Han.”
“oh ya, limit waktu penyelesaian desain terbaru hanya tiga hari dari sekarang. Silahkan konsultasikan ke tim produksi.”
“Baiklah, segera aku laksanakan.”
Huuffff, dengan langkah yang gontai Lee Hara keluar dari ruang Manager Han menuju meja kerjanya. Lee Hara mulai berusaha memunculkan beberapa ide di benaknya.

*****
Melihat Lee Hara yang sudah duduk dimeja kerjanya, Park Seong Myeon mendekat,
“hei,  Hara-sii. Kami akan menghabiskan hari libur besok mengelilingi Jeju do. Kau harus ikut!”
Dengan tangan memangku dagu Lee Hara melirik ke arah Seong Myeon,
“siapaaa....? mau apaaaa...?.”
“mmmmh, ya semua tim perencana di kantor kita ini. Iyakan Nam Woo?”.
Nam Woo yang sedang sibuk dengan komputernya memiringkan tubuhnya agar terlihat ke arah meja Lee Hara, mencoba membesarkan suaranya agar semua penghuni kantor Star Tower mendengar, dengan penuh semangat Nam Woo mengiyakan,
“iyaaaa!!, kita semua akan pergi ke sana, oh ya masing-masing bawa kamera dan perlengkapan perjalanan ya. Kita semua akan bersenang-senang.yeeaaah.”
Begitu senangnya hingga seluruh penghuni kantor Star Tower bersorak dengan semangat juga “yeeeaaaaaaaah”.
Tiba-tiba, Ran Dae ill  seorang wanita yang sangat childeels dengan kacamata besarnya yang selalu ia pakai setiap hari dan bandana di rambutnya, suara yang manja dan cempreng memperlengkap karakternya, tak ketinggalan ia memberi saran,
“apa sebaiknya sebelum pergi ke Jeju do, kita melakukan perawatan dulu di salon?
“hahaha, terserah kau saja Dae ill, kau fikir kita mau menghadiri seremoni apa! dasar aneh!”
Nam Woo, terlihat manyun atas saran Dae ill. Dengan segera ia sibuk kembali di depan komputernya.
Seong Myeon melihat raut wajah Lee Hara yang sedang berfikir,
“mmmh, memangnya apa yang kau fikirkan. Apa manajer Han memberimu kesulitan baru? Besok kau juga ikut kan? “
Lee Hara hanya tersenyum menatap Seong Myeon, lalu bangkit dari tempat duduknya dengan mendekap sebuah portopolio berisi beberapa desain tempat pencuci piring yang pernah ia buat dua bulan lalu yang ia ambil dari susunan tumpukan berkas di atas meja kerjanya.
“manajer Han tidak mempersulitku, hanya saja aku harus berfikir keras agar bisa menemukan ide-ide untuk desain terbaru, ya hasil meeting kalian dengan tim produksi dan pemasaran tadi. Mmmh, Baiklah, aku harus ke pabrik bertemu tim produksi sekarang.”
Lee Hara kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan kantornya, sementara Seong Myeon masih berdiri bersandar di pinggir meja kerja Lee Hara, hanya kepalanya saja yang menengok ke arah Lee hara pergi. Seong Myeon setengah berteriak,
“ Hei, Hara-ssi. besok kau ikut tidak?”
dari pintu kantor Lee Hara hanya mengangkat kedua pundaknya setinggi  ujung telinga dan mengembangkan kedua tangannya, pertanda ungkapan tidak pasti “entahlah”  tanpa menoleh lagi ke belakang.

*****
Sementara di sebuah kantor property Bichnaneun Hill yang berada di lantai 7 gedung perkantoran yang sama dengan kantor Star Tower, seorang pria muda, tampan, berkarakter Asia tenggara (Malaysia?? Indonesia?? Singapura??), dan bertubuh tegap sedang serius di ruang kerjanya. Tampak beberapa site plan dan denah berjajar di atas meja kerjanya. Sementara di sudut ruang kerjanya dipenuhi oleh gulungan kertas dan meja maket komplek gedung-gedung bertingkat lengkap dengan jalan, taman, kolam renangnya dan fasilitas pendukung lainnya.
“Annyeong Haseyo. Permisi”, seorang wanita memberi salam kepada pria itu, dan pria itu tersenyum hangat.
“ manajer Rey, ini foto-foto lokasi yang anda minta” kata wanita korea berkulit Asia dengan rambut sebahu tergerai.
“ baiklah, terimakasih.”
Pria yang di sapa manajer Rey oleh semua staff  di kantornya ini adalah manajer teknik di Bichnaneun Hill. Manajer yang baru dua minggu berkantor menggantikan manajer lama yang berpindah ke perusahaan property lain ini berkarakter santun dan bijaksana.
“manajer Rey, apa anda butuh sesuatu yang harus segera disiapkan?”,
Tanya wanita yang adalah staff  teknik di kantor itu, namanya Hwang Sed Min.
“cukup. Terimakasih.”
“ baiklah. Permisi.”
 Hwang Sed Min segera meninggalkan ruangan dan manajer Rey kembali sibuk dengan pekerjaannya.

*****
Malam weekend yang seharusnya dihabiskan untuk berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga, Lee Hara justru sibuk dengan beberapa file, artikel-artikel desain interior, laptop, alat tulis pensil, crayon, penghapus, dan tentu saja camilan dan minuman mineral yang berbaris tak sejajar di lantai kamarnya,
Ibunya membuka pintu kamar,
“Hara-ssi... sepertinya sibuk sekali. Istirahatlah sebentar, kau butuh makan.”
Lee Hara tersenyum pada ibunya, namun tetap fokus dengan lembar-lembar artikel yang dia amati,
“iya bu, aku sedang kejar deadline. Waktunya sangat mendesak dan aku harus segera menciptakan desain terbaruku.”
“baiklah, tapi kau jangan lupa makan ya, ingatlah kesehatan itu sangat penting”.
“terimakasih bu, ibu tenang saja, aku akan makan kalau sudah lapar.”
Ibu menutup kembali pintu kamar, Lee Hara tertegun sebentar karena perhatian ibunya, dengan tersenyum ia lanjutkan perjuangannya demi desain tempat pencuci piring terbaru. Tak berapa lama, ide itu muncul dan segera ia wujudkan diatas selembar kertas. Dari ruang keluarga terdengar keseruan keluarga Lee Hara yang sedang menonton acara pertandingan sepakbola,
“Goool...” teriakan ayah yang paling keras, Chul Hee pun tak kalah histeris,
“ wow, hebat! Lihat ayah, sungguh fantastis. Bola melambung  datar dan bergerak melengkung seperti buah pisang dan kiper tak mampu menghalaunya.”
“hahaha, iya Chul Hee. Kali ini tim Korea Selatan benar-benar sudah bisa dipastikan lolos semi final.”
Di kamar, Lee Hara yang mendengar percakapan ayah dan Chul Hee, tiba-tiba berfikir, “mmmmh, melambung datar lalu melengkung seperti buah pisang..., haaa... aahaa..... yesss.”
Yup, dibenak Lee Hara langsung muncul ide untuk desain tempat pencuci piring terbarunya dan segera ia tuangkan dalam bentuk sket kasar di atas kertas.
Setelah satu jam dengan serius Lee Hara mengerjakannya,
“berhasil....! akhirnya aku sudah menghasilkan dua pilihan desain terbaru. Tinggal satu lagi. Huuuuuuuuuaaaaaaam, mmmmh lelah sekali rasanya.”
Lee Hara tampak mengantuk, sejenak ia teringat pesan ibunya untuk makan malam, namun bantal pig pink yang selalu setia menjadi tumpuan kepalanya begitu menggodanya untuk segera terlelap. Yup, Lee Hara segera meraih bantal lucu itu dan tertidurlah ia.

*****
Di pagi hari, telepon dari Kim Nam Woo menggantikan tugas alarm jam yang biasa membangunkan Lee Hara,
“Hara-ssi.... apa kau sudah siap? Kami sudah menunggumu di taman, ayo kita berangkat?”
Dalam keadaan masih setengah mengantuk, Lee Hara mencoba mengingat. Yup, weekend kali ini semua tim perencanaan akan pergi berlibur ke Jeju do.
“maaf, aku tidak bisa pergi bersama kalian. Hari ini aku harus selesaikan semua desainku. Manajer Han memberi limit waktu sampai besok. Selamat bersenang-senang semua.”
“manajer Han keterlaluan!! Akhir pekan yang lalu pun kau tidak bisa berlibur karena harus membuat desain sofa terbaru.” Nam Woo tampak kesal.
“baiklah Nam Woo, semoga liburan kalian menyenangkan, hari ini aku memilih toko buku sebagai tempat berliburku, yah aku yakin di sana akan mendapatkan ide untuk desain terbaruku.”
“baiklah, semoga kau juga menikmati weekend mu Hara-ssi.”
Nam Woo lalu menutup pembicaraan dan memasukkan ponselnya ke dalam tas.
“mmmh, anak itu tidak bisa bersama-sama kita lagi hari ini.” Seong Myeon sudah bisa menebak hasil pembicaraan Nam Woo dan Lee Hara.
“tapi, baiklah... Ayo teman-teman, kita pergi!!! Habiskan hari ini dengan bersenang-senang ke Jeju do!!!!” teriak Seong Myeon yang disambut semua teman-temannya “yeeeeeeeeeaaaaaaaaaaah, mari kita bersenang-senaaaaang!!!. Mobil minibus berbentuk itu pun segera melaju menuju ke tempat tujuan.

*****
Suasana toko buku terlengkap di kota Seoul ini tidak begitu ramai, tampak hanya beberapa orang saja yang mencari buku atau hilir mudik masuk toko kemudian membeli buku dan keluar dari toko, kemudian ada lagi pengunjung toko yang datang, melihat-lihat buku, memilih buku dan ke tempat kasir membayar buku dan seterusnya. Namun Lee Hara adalah pengunjung toko buku yang paling lama durasinya berdiri dan meneliti lembar demi lembar isi buku dan artikel yang berhubungan dengan desain interior.
Setelah mengamati lembar terakhir dari majalah desain interior yang dipegangnya, Lee Hara melihat satu buku desain interior lain yang cukup menarik perhatiannya, majalah tersebut adalah majalah limited edition tentang desain interior yang banyak menjadi inspirasi untuk pengembangan ide-ide terbaru. Bersamaan dengan Lee Hara yang meraih majalah itu, ada tangan lain yang meraihnya lebih dulu beberapa detik saja. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Beberapa detik jantung Lee Hara berdegup... laki-laki ini, tatapannya menyejukkan sekali gumam Lee Hara dalam hati.
“oh, maaf. Apa anda membutuhkan majalah ini? Tanya Lee Hara. Majalah yang hanya tinggal satu di rak buku tersebut, Lee Hara sangat berharap sekali agar seorang laki-laki yang ada di hadapannya tidak membutuhkan majalah tersebut.
“ya.” Jawab laki-laki itu singkat namun menunjukkan kesantunannya.
“apa anda ingin memilikinya?” tanya Lee Hara lagi.
“ya, tentu saja.”
“mmmh, maaf apa boleh saya minta waktunya sebentar saja untuk melihat isi majalah ini?... mmmh, sebelum anda membelinya.” Kali ini Lee Hara berharap laki-laki ini mengabulkan keinginannya.
“baiklah. Silahkan. Nanti saya ada di barisan rak arsitektur.” Jawab laki-laki itu yang tampak sangat percaya pada Lee Hara, orang yang baru dikenal. Laki-laki itupun melangkah menuju rak arsitektur.
Lee Hara beberapa saat sempat terpaku, sosok laki-laki yang baru saja bertemu dengannya dan akan membeli majalah limited edition yang juga ia inginkan adalah laki-laki berkarakter Asia, namun bukan orang Korea. Logat bicaranya pun sangat memperjelas jika laki-laki itu............ Malaysia??? Indonesia??? Singapura??? Mmmh... Lee Hara langsung memanfaatkan waktunya yang sempit itu untuk menghabiskan pengamatannya ke semua lembaran majalah yang ia pegang.
“maaf. Ini majalah anda. Terimakasih atas kesempatan yang anda berikan pada saya. Bisa melihat dan membacanya sebentar. Saya senang.” Lee Hara menyerahkan majalah tersebut dengan kedua tangannya yang ia julurkan ke arah laki-laki itu.
Namun disaat itu, ponsel laki-laki itu berbunyi,
“Assalamu’alaikum. Ya akhi. Khaifahaluq?” laki-laki itu mengucap salam. Lee hara terkejut. Ternyata laki-laki ini adalah seorang muslim. Tanpa disadari Lee Hara tersenyum menyiratkan kekaguman. Wajahnya sangat bercahaya gumam Lee Hara yang ternyata memperlebar senyumnya.
“Alhamdulillah. Oh ya.... InsyaAllah Akh, kita harus semangat. Ya nanti ana kirim via email saja.”
Yup! Indonesia... laki-laki ini orang Indonesia. Lee Hara akhirnya berhasil juga memastikan tentang identitas kebangsaan laki-laki yang membuatnya terpesona ini. Bahasa Indonesia, Lee Hara cukup mengerti dan bisa.
 “oke. Akh, nanti ana kabari lagi kalau emailnya sudah terkirim. Jazakallah.”
“Wa’alaikumusalam warrohmatullah....”. laki-laki itu menutup pembicaraan dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas ranselnya.
Melihat wajah Lee hara yang tersenyum terpaku padanya, laki-laki itu segera menyadarkannnya,
“maaf...” sambil menundukkan sedikit pandangannya.
Lee Hara tersadar, huaaaah apa yang sedang aku lakukan teriak Lee hara dalam hati, dengan wajah agak sumringah karena malu, Lee Hara menjulurkan kembali kedua tangannya dan menyerahkan majalah tersebut, laki-laki itu menerima majalah tersebut dan menumpuknya dengan buku tentang arsitektur yang sudah ia pilih untuk dibeli.
“Indonesia, anda orang indonesia?”  Tanya Lee Hara.
“ya... “ laki-laki itu mengkerutkan keningnya, tak menyangka wanita berkarakter korea yang ada di hadapannya bisa menebak asal-usul kebangsaannya.
“oh, maaf. Saya mendengar anda bicara saat di telepon tadi.”
“anda bisa bahasa indonesia?” tanya laki-laki itu dan tersenyum.
“ya. Cukup mengerti dan bisa.”
“oh, baiklah. Waktu saya tidak banyak. Saya buru-buru.” Laki-laki itu melihat jam tangannya.
“baiklah. Senang bertemu anda. Terimakasih.” Sungguh, sebenarnya Lee Hara ingin lebih lama berbincang dengan laki-laki itu.
“permisi.” Dengan santun laki-laki itu meninggalkan Lee hara melangkah menuju tempat kasir, dan tak lama ia keluar dari toko buku. Sementara Lee Hara masih terpaku sambil menatap langkah laki-laki itu hingga menghilang dari pandangannya.

*****
Besok pagi semua desain produk tempat pencuci piring ini harus sudah selesai... gumam Lee Hara, malam ini ia akan menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan semua tugasnya itu.
Chul Hee membuka pintu kamar, ditangan kanannya ada segelas susu coklat kesukaan Lee Hara,
“kakak, ibu menyuruhku memberikan susu ini untukmu.”
“Ah... Chul Hee yang baik hati. Terimakasih ya. Bisa tolong letakkan susu itu di meja saja.” Lee Hara fokus pada layar laptopnya, membuat desain 3-Dimensi.
“baiklah.” Chul Hee masuk ke kamar dan meletakkan segelas susu yang ia bawa di atas meja. Anak laki-laki berusia sepuluh tahun ini adalah adik yang sangat baik bagi Lee Hara.
“oh ya kak. kata Ibu , jangan tidur terlalu malam. Kakak harus menjaga kesehatanmu.”
“baiklah Chul Hee sayang, teimakasih ya.”
Chul Hee keluar dari kamar dan menutup pintu kamar.
Lee Hara terpaku, menatap segelas susu coklat di atas meja kamarnya. Dalam hati dengan tereharu ia meluapkan perasaannya,
Ibu, kau begitu baik padaku. Begitu sayang padaku. Sangat peduli pada kesehatanku. Begitu juga ayah, nenek dan Chul Hee. Aku sangat menyayangi kalian. Benar-benar seperti keluargaku sendiri, aku bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Lee. Ingin selamanya bersama kalian.
Lee Hara kemudian meraih gelas itu dan meminum susu coklat kesukaannya perlahan-lahan sembari menikmati kehangatan kasih sayang ibu dan keluarga Lee.
Tugas Lee Hara diluar perkiraannya ternyata dapat ia selesaikan lebih cepat, tinggal menyempurnakannya dengan paduan bahan dan warnanya saja.
“akhirnya selesai juga.” Wajah Lee Hara menyiratkan kelegaan. Printer pun segera beroperasi mencetak tiga alternatif desain tempat pencuci piring yang ia buat.
“Huuuaaaaam. Baiklah Hara-ssi, sudah waktunya kau istirahat.”
Lee Hara pun tertidur di lantai bersama buku, artikel, majalah, laptop dan semua yang berserakkan di lantai kamarnya.

*****
Pagi yang cerah di kantor Star Tower, Lee Hara selalu tak bisa datang ke kantor lebih awal, apalagi jika harus mengerjakan tugas mendesak di rumah. Baru saja tiba di kantor, ia langsung disambut oleh Nam Woo,
“oh, Hara-ssi. Sayang sekali kau tidak bersama kami kemarin. Kau tau, liburan kemarin sangat menyenangkan.’
Lee Hara menyambutnya dengan senyuman,
“baguslah. Kalian menikmati tempat itu.”
Dae ill pun tak ketinggalan bicara,
“iya, aku pun sangat nyaman di tempat itu, yah... tidak perlu khawatir memikirkan tatanan rambutku ini.”
“hahaha, iya Dae ill. Dan hari ini kesibukan di kantor kita mulai lagi” kata Lee Hara sambil meletakkan tasnya di atas meja kerjanya.
Dae ill pun kembali ke meja kerjanya.
Seong Myeon yang baru keluar dari ruang manajer langsung menyapa Lee Hara.
“hai nona, apa tugasmu sudah selesai? Sepertinya kau tampak lelah, hari libur pun kau gunakan untuk kerja.”
Lee Hara tersenyum,
“apa manajer Han sudah datang?”
“ya, sepertinya ia tak sabar menunggu hasil desain terbarumu.” Jawab Seong Myeon.
“Baiklah.”  Dengan mendekap hasil tugasnya, Lee Hara melanglah menuju ruang Manajer Han,
“Achim insa. Selamat pagi.” Lee hara menyapa manajer Han.
“mana hasil desain yang ku perintahkan padamu?” manajer Han langsung fokus pada Lee Hara dan meletakkan berkas yang sedang ia pegang di atas meja.
Lee Hara pun menyerahkan hasil karya original nya kepada manajer Han.
Manajer Han langsung melihat satu demi satu kertas yang ada di tangannya.
Lee Hara pun menjelaskan satu demi satu konsep desain yang ia buat.
“baiklah. Hasil kejamu sangat memuaskan. Selamat ya.” Manajer Han memuji dan tersenyum.
“terimakasih.” Lee Hara merasa lega, karena memang ia sadar hasil desain terbarunya memang bagus dan unik, belum pernah ada di pasar manapun beredar.
“siang ini juga akan aku bahas dengan tim produksi dan tim pemasaran. Semoga segera cepat memproduksi dan memasarkan produk tempat pencuci piring terbaru dari perusahaan Star Tower.”
“baiklah kalau begitu.” Lee Hara menundukkan kepalanya menyetujui perintah, lalu melangkah keluar dari ruangan manajer.

*****
Lee Hara menikmati segelas capuccino dan makanan ringan di sebuah kafe yang tak jauh dari kantornya.  Ia lalu tersadar akan satu hal, ya... sudah lama ia tak membuka dan memeriksa emailnya. Kesibukannya di kantor membuatnya lupa jika ia sering berkirim kabar pada teman-temannya dari berbagai negara. Terutama dengan seorang sahabatnya dari Indonesia. Lee Hara pun segera membuka note book yang selalu ia bawa dalam tasnya kemanapun ia pergi.
Ada beberapa email yang masuk, dan satu email yang sangat ia tunggu,
“Salma, apa kabarmu ?” Lee Hara langsung membaca email dari sahabatnya itu :

Jika kau terjebak dalam hujan yang sangat deras dan kau tak mampu menjangkau satu tempatpun untuk berlindung, maka senyumlah, janganlah marah dan berduka. Karena hujan sesungguhnya adalah rahmat. Hujan membawa keberkahan. maka berdoalah pada saat hujan, doamu akan dikabulkan.
Dan untukmu Hara, semakin deras hujan maka aku semakin tak dapat menghitung rasa syukurku menjadi sahabatmu. 

Kalimat-kalimat yang sangat menyejukkan hati selalu Lee Hara dapatkan dari email sahabatnya ini.
Persahabatan mereka terjalin sejak SMA, mereka bersahabat dari kelas satu SMA. Dulu Lee Hara pernah tinggal di Indonesia dengan ayahnya, tepatnya di kota Bandung. Ayah kandung Lee Hara adalah orang asli Indonesia, keturunan Sumatera Barat, namun ia sendiri tak pernah mengenal kampung halaman dan juga keluarga ayahnya. Karena sejak menikah dengan mendiang ibunya yang berkebangsaan Korea Selatan, ayah Lee Hara memang meninggalkan keluarga besarnya dan tidak pernah berhubungan lagi. Lee Hara pun berkarakter wajah lebih dominan mengikuti ibunya, lebih korea meski garis indonesianya juga ada. Setelah Ibunya meninggal, Lee Hara hanya tinggal bersama ayahnya. Ketika kelas tiga SMA ayahnya menikah lagi dengan wanita keturunan Jawa. Sikap Ibu tirinya yang tak terlalu peduli pada hidupnya membuat Lee Hara memutuskan untuk meneruskan masa depannya di negeri Korea di tempat ibunya dilahirkan. Di kampung halaman ibunya di Kota Seoul. Saat itulah perpisahan tak terhindarkan antara Lee Hara dan Salma Ayu Fathiah, setamat SMA empat tahun silam mereka hanya bisa berkomunikasi melalui sms, telepon dan email, namun lebih sering lewat email, karena masing-masing punya aktivitas yang banyak menyita waktu.
Di kota Seoul Lee Hara tinggal bersama neneknya, namun itu tak lama hanya satu tahun, kemudian neneknya meninggal dan keluarga terdekat neneknya yaitu nenek Sang Min Sae langsung membawa Lee Hara untuk tinggal bersama keluarganya, nenek, ayah, ibu dan Chul Hee. Nama Lee di depan nama Hara pun diambil dari marga Ayah angkatnya (Lee Jin Hyuk) yang sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Meski begitu Lee Hara tetap berkomunikasi dengan ayahnya walaupun hanya sebatas sms dan itupun sangat jarang sekali.
Selepas SMA, Lee Hara melanjutkan sekolah desain grafis dan interior di Kota seoul sementara Salma melanjutkan kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) mengambil jurusan seni sastra. Saat ini Lee Hara sudah bekerja di perusahaan desain interior Star Tower, sebuah perusahaan yang berkembang pesat di kota Seoul. Sementara Salma baru tamat dari kuliahnya, namun sudah lama bekerja di perusahaan penerbit. Salma kuliah sambil bekerja, menulis novel dan artikel pun adalah kegiatannya di perudahaan penerbit selain tugasnya sebagai editing.

Aku juga bahagia memiliki sahabat sepertimu Salma, terimakasih atas segalanya. Segala kebaikan yang telah kau tanamkan padaku, dan atas segala ketegaranmu yang menjadikan aku tegar, dan atas kesabaranmu yang menjadikan aku sabar, dan atas semangatmu yang menjadikan aku semangat. Suatu saat kita pasti akan dipertemukan kembali. Semoga.

Lee Hara segera mengirimkan email yang telah ia ketik ke email Salma, dan terkirim.
Tak terasa segelas capuccino itu habis dan hanya tinggal sedikit saja makanan ringan di piring kecil diatas meja.
Lee Hara kemudian menatap ke arah luar jendela Cafe. Tampak sosok laki-laki Indonesia yang pernah bertemu dengannya di Toko buku waktu itu sedang berjalan munuju ke arah pintu Cafe dan masuk. Lee Hara langsung terpaku melihat kedatangan laki-laki itu, namun laki-laki itu hanya bertemu dengan pelayan Cafe dan menyerahkan lima susunan wadah roti dan selembar kertas, lalu pergi ke arah luar Cafe. Apa dia pembuat roti di Cafe ini?, gumam Lee Hara. Ia pun penasaran dan langsung berdiri untuk melihat ke arah mana laki-laki itu pergi.
Dari balik jendela Lee Hara melihat laki-laki Indonesia itu pergi dengan mengendarai sepeda pixi. Sosok laki-laki muslim itu sepertinya begitu menarik perhatian Lee Hara. Melihat pelayan yang tadi bertemu dengan laki-laki itu ingin sekali rasanya Lee Hara bertanya, namun niat itu diurungkannya.

*****
Di sebuah rapat yang diadakan oleh direktur perusahaan Star Tower. Rapat itu dihadiri oleh seluruh tim perusahaan. Direktur memuji kerja keras setiap tim perusahaan yang mampu mendongkrak nama Star Tower sehingga dapat sejajar dengan perusahaan interior dari luar Korea dan mampu meraih pasar untuk beberapa produk interior sehingga keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan Star Tower melebihi dari target.
Manajer Han melihat ke arah Lee Hara lalu tersenyum, Lee Hara menganggukkan kepalanya.
“hei, Hara-ssi, sepertinya gaji kita akan dinaikkan mulai bulan ini” bisik Nam Woo yang kebetulan duduk di sebelah kanan Lee Hara, namun Lee Hara hanya tersenyum dan tetap fokus pada pengarahan Direktur.
Rapat pun diakhiri dengan tepuk tangan dan keriangan seluruh tim perusahaan Star Tower.

*****
Di ruang manajer Han beberapa saat setelah rapat selesai, semua tim perencana yang terdiri dari delapan orang termasuk Lee Hara, Seong Myeon, Nam Woo dan Dae ill mendengarkan arahan dari manajer Han,
“ke depan kita akan bekerjasama dengan beberapa perusahaan depelover untuk desain interior perumahan, perkantoran, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain. Terdapat lima perusahaan yang akan mulai bekerjasama dengan Star Tower, dan tim pemasaran memprediksi perusahaan-perusahaan depelover lain banyak yang akan memakai jasa desain interior Star Tower. Untuk itulah diharapkan tim perencana dapat terus memaksimalkan ide dan kreatifitas kalian dalam menghasilkan desain yang terbaik, terkini dan dapat memuaskan perusahaan depelover dan konsumen tentunya.”
Semua tim perencana yang berdiri, terpaku mendengar Manajer Han bicara, sesekali mereka melirik satu sama lain. Manajer Han pun meneruskan arahannya,
“untuk proyek kerjasama yang pertama ini, setiap perusahaan depelover akan dipegang oleh satu orang desainer. Baiklah. telah ku pilih lima orang terlebih dahulu untuk langsung menangani dan bertanggung jawab terhadap desain interior setiap perusahaan. yang belum ditugaskan, artinya lebih fokus untuk produk-produk perusahaan Star Tower.”
Setelah memberikan arahan tersebut, manajer Han membagikan berkas tentang perusahaan depelover yang akan mereka pegang. Ada lima berkas, dan yang mendapatkan berkas tersebut, berarti dia akan terus berhubungan dengan perusahaan tersebut dan memiliki tanggungjawab untuk ikut mensukseskan perusahaan tersebut.
Lee Hara juga mendapatkan berkas tersebut, ia mulai melihat profil perusahaannya,
“Bichnaneun Hill...? “ Lee Hara mencoba mengingat, Manajer Han yang memperhatikan Lee Hara memberikan arahan,
“Bichnaneun Hill adalah salah satu perusahaan depelover yang mulai berkembang di Korea saat ini, perusahaan tersebut baru empat tahun yang lalu berdiri dan mereka lebih fokus pada pembangunan hotel, pusat Resort. Saat ini dengan manajemen barunya, Bichnaneun Hill akan mengembangkan perumahan dengan konsep desain interior modern minimalis. Dan itu tugasmu Hara-ssi!”
“oooh....” mata menatap berkas yang ia pegang dengan mata yang lebih tajam.
“ dan kalian semua, mulailah mendatangi perusahaan tersebut. bekerjalah lebih keras, berjuanglah dan.... Semangat!!!”
Manajer Han memang motivator paling ulung di Star Tower. Beruntunglah bagi mereka yang mengenalnya.

*****
keesokan harinya Setelah mengetahui tempat Bichnaneun Hill berada di lantai 7 di gedung yang sama dengan kantor Star Tower, Lee Hara langsung ke kantor Bichnaneun Hill.
Mmmmh, suasana kantor yang penuh inspiratif  Lee Hara terkagum ketika masuk ke kantor Bichnaneun Hill. Ruangan yang tertata dengan arsitektur yang modern dimana setiap meja kerja disekat dengan partisi sejenis kaca sehingga meski terpisah oleh sekat ruang namun antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya masih dapat saling bertatapan dan berkomunikasi. Di dinding kantor tedapat hasil karya arsitek-arsitek profesional berupa desain gedung-gedung penting di Kota Seoul.
“maaf nona, ada keperluan apa? Tanya seorang staff di kantor itu.
“oh... ya. Saya Lee Hara dari perusahaan Star Tower. Mulai hari ini saya di utus perusahaan untuk membantu desain interior proyek Bichnaneun Hill.” Jawab Lee Hara dengan snyum optimisnya.
“oh, nona Lee Hara. Baiklah. Silahkan ke ruang manajer, anda sudah ditunggu.”
Kata staff tersebut sambil menunjukkan tempat ruangan yang akan dituju, dan segera saja Lee Hara melangkah menuju ruangan itu.
“Permisi. Annyonghaseyo....” Lee Hara memberi salam. Namun tiba-tiba....
“oh... anda....? ” Lee Hara terkejut melihat sosok sang manajer yang pada saat bersamaan melihat sosok Lee Hara. Mereka saling menatap.
Dia kan........
di toko buku itu..........
di cafe itu..........

*****to be continued*****
  tapi gak janji ya.................................