mmh, awalnya cuma iseng aja, gara-gara sering numpang selonjoran di ruang arsitek.
karena nuansanya korea banGGet gichuh.... (maklum nih arsiteknya fans berat semua yang berhubungan dengan korea), so.... ya akhirnya mengalir aja di kepala sebuah kisah perjalanan hidup seseorang.
ups, jangan tanya kisahnya siapa. aku juga gak tau, cuma asal nulis aja.
aku juga gak tau pemeran utamanya siapa.
aku juga gak tau ceritanya tuh tentang apa.
dan gak tau nih tulisan bakalan lanjut apa cukup sekian dan terimakasih.
untuk nama-nama pemeran dalam tulisan ini hasil rekomendasi sang arsitek (iyalah,,, biar aku gak susah ngarang nama-namanya pemerannya). namanya juga cuma asal nulis :)
nih.....
anggap aja tulisan ini bab pertama dari cerita judul di atas.
antara Korea dan Indonesia :)
Selamat membaca....
( Salam.... )
“kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...
kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing... kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...”.
Bunyi alarm jam yang berada nol koma dua
meter dari telinga seorang wanita yang sedang pulas tertidur diantara
artikel-artikel, majalah dan berkas-berkas beserta bungkus camilan dan plastik
cup minuman yang semuanya berserakan.
“uh, kenapa kau bangunkan aku cepat
sekali, bisakah kau biarkan aku tidur lebih lama?”. Tanpa membuka kedua matanya, tangan Lee Hara
dengan cepat dan tepat meraih jam bundar yang berbentuk motif ikan lumba-lumba yang begitu berisik di telinganya lalu
menyembunyikannya di bawah bantal. namun jam itu hanya berhenti sejenak,
kemudian berteriak lagi,
“kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...
kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing...”.
Dan kali ini benar-benar memaksa Lee
Hara untuk duduk dan membuka kedua
matanya, dengan mengembangkan kedua tangannya untuk menarik nafas yang panjang,
tiba-tiba Lee Hara terkejut ketika
melihat kembali jam yang tadi ia sembunyikan di bawah bantal,
“ wuaaaaaaaaaaaah, aku
terlambaaaaaaaaat.” Alhasil suasana kepanikan tak terhindar di kamar itu, semua
artikel, majalah dan lain-lain hanya dirapikan seadanya, ia lalu mencuci muka,
menyikat gigi, berganti pakaian, meraih tas ranselnya lalu segera meninggalkan
kamarnya, di ruang keluarga tampak keluarga Lee Hara sedang berkumpul sarapan
pagi,
“aku pergi....” Lee Hara memberi salam
kepada semua penghuni rumah.
“sepertinya kau buru-buru?” tanya ibu
Lee Hara.
“iya bu, selamat pagi semua...” Lee Hara
kemudian pergi meninggalkan rumah sementara keluarga yang terdiri dari ibu (
Sol Dae Hyang), ayah (Lee Jin Hyuk), adik laki-laki ( Lee Chul Hee) dan nenek
(Sang Min Sae) hanya terpaku melihat keterburu-buruan Lee Hara.
*****
Di perjalanan mulai dari keluar rumah,
Lee Hara melangkahkan kaki dengan cepat, meski setiap bertemu dengan
tetangganya ia tetap menyapa,
“Achim
insa, selamat pagi...” Lee Hara menyapa seorang nenek di dekat gang perumahan
mereka,
“kau buru-buru lagi ?” tanya nenek itu.
“ya nek,....” dengan senyum dan lambaian
tangannya Lee Hara segera pergi dengan cepat menuju sebuah halte bus untuk
segera menuju kantor tempat kerjanya.
Suasana di dalam bus yang ber AC itu
padat sekali, penumpang penuh sesak berdiri dengan sebelah tangan berpegangan
pada gantungan yang tersedia di tengah atas bus, dengan beragam wajah dan
tingkah laku masing-masing penumpang yang berbeda satu dengan yang lainnya.
“kau tau, penduduk di Seoul ini
mengalami peningkatan 50 persen lebih banyak setiap Tahunnya, lihat saja untuk
satu bus ini bisa menampung manusia sepadat ini, mau kentut saja rasanya susah”
kata seorang bapak bertopi kupluk dan bermantel kumal kepada rekannya.
“ya, aku sampai sulit untuk menggerakkan
tubuhku. Jika aku bergerak sedikit saja, bisa bahaya bagiku”. Jawab seorang
bapak sambil melirik seorang wanita korea berdiri sangat dekat dengannya yang
begitu seksi dengan paduan rok mini dan blazer yang memiliki belahan dada yang
panjang ke bawah.
Lee Hara hanya tersenyum sambil
menggelengkan kepalanya melihat dan
mendengar percakapan kedua penumpang itu, sementara di sepanjang perjalanan
terlihat pemandangan aktivitas penduduk Kota Seoul yang lalu lalang di trotoar,
kendaraan di jalan raya hingga sampailah Lee Hara ke tempat tujuannya.
*****
Di halaman sebuah gedung perkantoran Lee
Hara semakin mempercepat langkah kakinya,
“selamat pagi...” Lee Hara menyapa siapa
saja yang tampak di hadapannya, hingga sampailah ia di depan sebuah Lift, pintu
Lift kemudian terbuka, dan ia segera masuk ke dalam lift,
“selamat pagi...” Lee Hara menyapa semua
penghuni lift. Suasana lift yang juga penuh sesak, dan akhirnya pintu lift di
lantai 12 terbuka, Lee Hara pun segera berlari menuju kantornya.
“ hai semua... Achim insa. selamat
pagi...” sapa Lee Hara pada semua rekan kerjanya, semua yang ada di ruangan
hanya melihat kedatangan Lee Hara lalu meneruskan pekerjaan mereka di atas meja
masing-masing
“kau telat lagi, kami baru saja selesai
meeting dengan tim produksi dan tim pemasaran.” Kata seorang teman kerja
wanitanya Kim Nam Woo yang selalu berpenampilan nyentrik dengan pakaian yang
serba stylis dan sebuah pita kupu-kupu yang selalu menempel setiap hari di atas
rambut ikalnya tergerai indah.
“ups... “ Lee Hara hanya berdiri terpaku,
ia sadar bahwa pagi ini seharusnya ia bisa datang lebih awal karena harus
meeting dengan tim produksi dan tim pemasaran perusahaan.
“Lee Hara, kau di panggil oleh manajer!”
kata Park Seong Myeon yang baru saja keluar dari ruangan manajer, dia teman
kantor pria yang berkarakter cuek dan serba pas-pasan mulai dari wajah,
penampilan, pola fikir, kehidupannya, namun bicaranya saja yang suka
berlebihan.
“Baik lah” dengan menarik nafas panjang
dan menghembuskannya, Lee Hara menarik senyum dan berkata dalam hati Semangat Hara-ssi, Hwaitting!!! Lalu ia
segera menuju ruang manajer dan masuk
ruangan tersebut.
*****
“permisi, Annyeong Ha-se-yo..” Lee Hara
berdiri di dekat meja kerja dan memberi salam kepada manajer perencana Jang
Myeon Han yang sedang memeriksa lembaran berkas yang memuat portopolio desain
interior dari tim perencana.
“maaf, aku terlambat. Semalaman
mengerjakan tugas, aku jadi ketiduran.”
Lee Hara membungkukkan tubuhnya ke depan
sebagai permohonan maafnya.
Manajer Han, melirik ke arah Lee Hara,
kemudian meletakkan berkas yang sedang ia periksa.
“baik lah, mana hasilnya?”
Lee Hara segera menyerahkan berkas hasil
kerjanya semalam kepada manajer Han.
“
semua ini hasil rancangan untuk produk sofa terbaru. Ada lima pilihan dengan
perpaduan style antara Korea kuno dan Prancis klasik dengan menampilkan warna-warna
pastel yang sedang trend saat ini di Asia dan Eropa.”
Lee Hara menjelaskan hasil rancangan
terbarunya, sementara manajer Han memeriksa lembar demi lembar portopolio
tersebut dengan serius.
“Dangsin-eun Ja hal. hasil kerja yang
bagus!”
manajer Han memuji Lee Hara dengan senyuman
meski tatapan tetap serius pada portopolio..
“ Gamsahabnida. terimakasih.” Lee Hara
merasa lega.
“baiklah, berdasarkan hasil meeting
dengan tim produksi dan tim pemasaran, perusahaan Star Tower akan mengusulkan
penambahan produksi produk tempat pencuci piring yang kita pasarkan satu bulan
yang lalu. Desain yang beredar di pasar Asia menjadi trend mark sehingga banyak
peminatnya.” Kali ini manajer Han fokus pada Lee Hara.
“oh... baguslah. Itu artinya perusahaan
Star Tower akan menjadi trend icon dan sudah pasti mendapatkan keuntungan yang
sangat besar.”
Manajer Han tampak lebih serius,
“sayangnya tidak semudah itu. Perusahaan
yang memproduksi produk tempat pencuci piring dengan desain yang sama juga
banyak beredar di pasar terutama Asia Tenggara. Jika kita tidak kreatif maka
perusahaan kompetitor Star Tower akan merebut pasar.”
“manajer Han, apa yang harus kita
lakukan?”
Lee Hara pun tampak lebih serius.
“aku minta desain terbaru produk tempat
pencuci piring, pastikan ukuran, bentuk, warna dan bahannya benar-benar dapat
disukai semua konsumen. Lee Hara, kau yang bertanggung jawab atas suksesnya
desain terbaru ini. Aku minta kau buat 3 alternatif original desain. Hwaitting.
Berjuanglah!!!”.
“ough... aku...” Lee Hara terkejut
dengan telunjuk yang menunjuk ke arah mukanya sendiri.
“Baiklah, manajer Han.”
“oh ya, limit waktu penyelesaian desain
terbaru hanya tiga hari dari sekarang. Silahkan konsultasikan ke tim produksi.”
“Baiklah, segera aku laksanakan.”
Huuffff,
dengan
langkah yang gontai Lee Hara keluar dari ruang Manager Han menuju meja
kerjanya. Lee Hara mulai berusaha memunculkan beberapa ide di benaknya.
*****
Melihat Lee Hara yang sudah duduk dimeja
kerjanya, Park Seong Myeon mendekat,
“hei,
Hara-sii. Kami akan menghabiskan hari libur besok mengelilingi Jeju do.
Kau harus ikut!”
Dengan tangan memangku dagu Lee Hara
melirik ke arah Seong Myeon,
“siapaaa....? mau apaaaa...?.”
“mmmmh, ya semua tim perencana di kantor
kita ini. Iyakan Nam Woo?”.
Nam Woo yang sedang sibuk dengan
komputernya memiringkan tubuhnya agar terlihat ke arah meja Lee Hara, mencoba
membesarkan suaranya agar semua penghuni kantor Star Tower mendengar, dengan
penuh semangat Nam Woo mengiyakan,
“iyaaaa!!, kita semua akan pergi ke sana,
oh ya masing-masing bawa kamera dan perlengkapan perjalanan ya. Kita semua akan
bersenang-senang.yeeaaah.”
Begitu senangnya hingga seluruh penghuni
kantor Star Tower bersorak dengan semangat juga “yeeeaaaaaaaah”.
Tiba-tiba, Ran Dae ill seorang wanita yang sangat childeels dengan
kacamata besarnya yang selalu ia pakai setiap hari dan bandana di rambutnya,
suara yang manja dan cempreng memperlengkap karakternya, tak ketinggalan ia
memberi saran,
“apa sebaiknya sebelum pergi ke Jeju do,
kita melakukan perawatan dulu di salon?
“hahaha, terserah kau saja Dae ill, kau
fikir kita mau menghadiri seremoni apa! dasar aneh!”
Nam Woo, terlihat manyun atas saran Dae
ill. Dengan segera ia sibuk kembali di depan komputernya.
Seong Myeon melihat raut wajah Lee Hara
yang sedang berfikir,
“mmmh, memangnya apa yang kau fikirkan.
Apa manajer Han memberimu kesulitan baru? Besok kau juga ikut kan? “
Lee Hara hanya tersenyum menatap Seong
Myeon, lalu bangkit dari tempat duduknya dengan mendekap sebuah portopolio
berisi beberapa desain tempat pencuci piring yang pernah ia buat dua bulan lalu
yang ia ambil dari susunan tumpukan berkas di atas meja kerjanya.
“manajer Han tidak mempersulitku, hanya
saja aku harus berfikir keras agar bisa menemukan ide-ide untuk desain terbaru,
ya hasil meeting kalian dengan tim produksi dan pemasaran tadi. Mmmh, Baiklah, aku
harus ke pabrik bertemu tim produksi sekarang.”
Lee Hara kemudian melangkah pergi
meninggalkan ruangan kantornya, sementara Seong Myeon masih berdiri bersandar
di pinggir meja kerja Lee Hara, hanya kepalanya saja yang menengok ke arah Lee
hara pergi. Seong Myeon setengah berteriak,
“ Hei, Hara-ssi. besok kau ikut tidak?”
dari pintu kantor Lee Hara hanya
mengangkat kedua pundaknya setinggi
ujung telinga dan mengembangkan kedua tangannya, pertanda ungkapan tidak
pasti “entahlah” tanpa menoleh lagi ke
belakang.
*****
Sementara di sebuah kantor property Bichnaneun Hill yang berada di lantai 7
gedung perkantoran yang sama dengan kantor Star Tower, seorang pria muda,
tampan, berkarakter Asia tenggara (Malaysia?? Indonesia?? Singapura??), dan
bertubuh tegap sedang serius di ruang kerjanya. Tampak beberapa site plan dan
denah berjajar di atas meja kerjanya. Sementara di sudut ruang kerjanya
dipenuhi oleh gulungan kertas dan meja maket komplek gedung-gedung bertingkat lengkap
dengan jalan, taman, kolam renangnya dan fasilitas pendukung lainnya.
“Annyeong Haseyo. Permisi”, seorang wanita
memberi salam kepada pria itu, dan pria itu tersenyum hangat.
“ manajer Rey, ini foto-foto lokasi yang
anda minta” kata wanita korea berkulit Asia dengan rambut sebahu tergerai.
“ baiklah, terimakasih.”
Pria yang di sapa manajer Rey oleh semua
staff di kantornya ini adalah manajer
teknik di Bichnaneun Hill. Manajer
yang baru dua minggu berkantor menggantikan manajer lama yang berpindah ke
perusahaan property lain ini berkarakter santun dan bijaksana.
“manajer Rey, apa anda butuh sesuatu
yang harus segera disiapkan?”,
Tanya wanita yang adalah staff teknik di kantor itu, namanya Hwang Sed Min.
“cukup. Terimakasih.”
“ baiklah. Permisi.”
Hwang
Sed Min segera meninggalkan ruangan dan manajer Rey kembali sibuk dengan
pekerjaannya.
*****
Malam weekend yang seharusnya dihabiskan
untuk berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga, Lee Hara justru sibuk dengan
beberapa file, artikel-artikel desain interior, laptop, alat tulis pensil,
crayon, penghapus, dan tentu saja camilan dan minuman mineral yang berbaris tak
sejajar di lantai kamarnya,
Ibunya membuka pintu kamar,
“Hara-ssi... sepertinya sibuk sekali.
Istirahatlah sebentar, kau butuh makan.”
Lee Hara tersenyum pada ibunya, namun
tetap fokus dengan lembar-lembar artikel yang dia amati,
“iya bu, aku sedang kejar deadline.
Waktunya sangat mendesak dan aku harus segera menciptakan desain terbaruku.”
“baiklah, tapi kau jangan lupa makan ya,
ingatlah kesehatan itu sangat penting”.
“terimakasih bu, ibu tenang saja, aku
akan makan kalau sudah lapar.”
Ibu menutup kembali pintu kamar, Lee
Hara tertegun sebentar karena perhatian ibunya, dengan tersenyum ia lanjutkan
perjuangannya demi desain tempat pencuci piring terbaru. Tak berapa lama, ide
itu muncul dan segera ia wujudkan diatas selembar kertas. Dari ruang keluarga
terdengar keseruan keluarga Lee Hara yang sedang menonton acara pertandingan
sepakbola,
“Goool...” teriakan ayah yang paling
keras, Chul Hee pun tak kalah histeris,
“ wow, hebat! Lihat ayah, sungguh
fantastis. Bola melambung datar dan
bergerak melengkung seperti buah pisang dan kiper tak mampu menghalaunya.”
“hahaha, iya Chul Hee. Kali ini tim
Korea Selatan benar-benar sudah bisa dipastikan lolos semi final.”
Di kamar, Lee Hara yang mendengar
percakapan ayah dan Chul Hee, tiba-tiba berfikir, “mmmmh, melambung datar lalu
melengkung seperti buah pisang..., haaa... aahaa..... yesss.”
Yup, dibenak Lee Hara langsung muncul
ide untuk desain tempat pencuci piring terbarunya dan segera ia tuangkan dalam
bentuk sket kasar di atas kertas.
Setelah satu jam dengan serius Lee Hara
mengerjakannya,
“berhasil....! akhirnya aku sudah
menghasilkan dua pilihan desain terbaru. Tinggal satu lagi. Huuuuuuuuuaaaaaaam,
mmmmh lelah sekali rasanya.”
Lee Hara tampak mengantuk, sejenak ia
teringat pesan ibunya untuk makan malam, namun bantal pig pink yang selalu
setia menjadi tumpuan kepalanya begitu menggodanya untuk segera terlelap. Yup,
Lee Hara segera meraih bantal lucu itu dan tertidurlah ia.
*****
Di pagi hari, telepon dari Kim Nam Woo
menggantikan tugas alarm jam yang biasa membangunkan Lee Hara,
“Hara-ssi.... apa kau sudah siap? Kami sudah
menunggumu di taman, ayo kita berangkat?”
Dalam keadaan masih setengah mengantuk,
Lee Hara mencoba mengingat. Yup, weekend kali ini semua tim perencanaan akan
pergi berlibur ke Jeju do.
“maaf, aku tidak bisa pergi bersama
kalian. Hari ini aku harus selesaikan semua desainku. Manajer Han memberi limit
waktu sampai besok. Selamat bersenang-senang semua.”
“manajer Han keterlaluan!! Akhir pekan
yang lalu pun kau tidak bisa berlibur karena harus membuat desain sofa
terbaru.” Nam Woo tampak kesal.
“baiklah Nam Woo, semoga liburan kalian
menyenangkan, hari ini aku memilih toko buku sebagai tempat berliburku, yah aku
yakin di sana akan mendapatkan ide untuk desain terbaruku.”
“baiklah, semoga kau juga menikmati
weekend mu Hara-ssi.”
Nam Woo lalu menutup pembicaraan dan
memasukkan ponselnya ke dalam tas.
“mmmh, anak itu tidak bisa bersama-sama
kita lagi hari ini.” Seong Myeon sudah bisa menebak hasil pembicaraan Nam Woo
dan Lee Hara.
“tapi, baiklah... Ayo teman-teman, kita
pergi!!! Habiskan hari ini dengan bersenang-senang ke Jeju do!!!!” teriak Seong
Myeon yang disambut semua teman-temannya “yeeeeeeeeeaaaaaaaaaaah, mari kita
bersenang-senaaaaang!!!. Mobil minibus berbentuk itu pun segera melaju menuju
ke tempat tujuan.
*****
Suasana toko buku terlengkap di kota Seoul
ini tidak begitu ramai, tampak hanya beberapa orang saja yang mencari buku atau
hilir mudik masuk toko kemudian membeli buku dan keluar dari toko, kemudian ada
lagi pengunjung toko yang datang, melihat-lihat buku, memilih buku dan ke tempat
kasir membayar buku dan seterusnya. Namun Lee Hara adalah pengunjung toko buku
yang paling lama durasinya berdiri dan meneliti lembar demi lembar isi buku dan
artikel yang berhubungan dengan desain interior.
Setelah mengamati lembar terakhir dari
majalah desain interior yang dipegangnya, Lee Hara melihat satu buku desain
interior lain yang cukup menarik perhatiannya, majalah tersebut adalah majalah limited
edition tentang desain interior yang banyak menjadi inspirasi untuk
pengembangan ide-ide terbaru. Bersamaan dengan Lee Hara yang meraih majalah
itu, ada tangan lain yang meraihnya lebih dulu beberapa detik saja. Mereka
saling bertatapan satu sama lain. Beberapa detik jantung Lee Hara berdegup... laki-laki ini, tatapannya menyejukkan
sekali gumam Lee Hara dalam hati.
“oh, maaf. Apa anda membutuhkan majalah
ini? Tanya Lee Hara. Majalah yang hanya tinggal satu di rak buku tersebut, Lee
Hara sangat berharap sekali agar seorang laki-laki yang ada di hadapannya tidak
membutuhkan majalah tersebut.
“ya.” Jawab laki-laki itu singkat namun
menunjukkan kesantunannya.
“apa anda ingin memilikinya?” tanya Lee
Hara lagi.
“ya, tentu saja.”
“mmmh, maaf apa boleh saya minta
waktunya sebentar saja untuk melihat isi majalah ini?... mmmh, sebelum anda
membelinya.” Kali ini Lee Hara berharap laki-laki ini mengabulkan keinginannya.
“baiklah. Silahkan. Nanti saya ada di
barisan rak arsitektur.” Jawab laki-laki itu yang tampak sangat percaya pada
Lee Hara, orang yang baru dikenal. Laki-laki itupun melangkah menuju rak
arsitektur.
Lee Hara beberapa saat sempat terpaku,
sosok laki-laki yang baru saja bertemu dengannya dan akan membeli majalah
limited edition yang juga ia inginkan adalah laki-laki berkarakter Asia, namun
bukan orang Korea. Logat bicaranya pun sangat memperjelas jika laki-laki itu............
Malaysia??? Indonesia??? Singapura??? Mmmh...
Lee Hara langsung memanfaatkan waktunya yang sempit itu untuk menghabiskan
pengamatannya ke semua lembaran majalah yang ia pegang.
“maaf. Ini majalah anda. Terimakasih
atas kesempatan yang anda berikan pada saya. Bisa melihat dan membacanya
sebentar. Saya senang.” Lee Hara menyerahkan majalah tersebut dengan kedua
tangannya yang ia julurkan ke arah laki-laki itu.
Namun disaat itu, ponsel laki-laki itu
berbunyi,
“Assalamu’alaikum. Ya akhi.
Khaifahaluq?” laki-laki itu mengucap salam. Lee hara terkejut. Ternyata
laki-laki ini adalah seorang muslim. Tanpa disadari Lee Hara tersenyum
menyiratkan kekaguman. Wajahnya sangat
bercahaya gumam Lee Hara yang ternyata memperlebar senyumnya.
“Alhamdulillah. Oh ya.... InsyaAllah
Akh, kita harus semangat. Ya nanti ana kirim via email saja.”
Yup!
Indonesia... laki-laki ini orang Indonesia. Lee Hara
akhirnya berhasil juga memastikan tentang identitas kebangsaan laki-laki yang
membuatnya terpesona ini. Bahasa Indonesia, Lee Hara cukup mengerti dan bisa.
“oke. Akh, nanti ana kabari lagi kalau
emailnya sudah terkirim. Jazakallah.”
“Wa’alaikumusalam warrohmatullah....”.
laki-laki itu menutup pembicaraan dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas
ranselnya.
Melihat wajah Lee hara yang tersenyum
terpaku padanya, laki-laki itu segera menyadarkannnya,
“maaf...” sambil menundukkan sedikit
pandangannya.
Lee Hara tersadar, huaaaah apa yang sedang aku lakukan teriak Lee hara dalam hati, dengan
wajah agak sumringah karena malu, Lee Hara menjulurkan kembali kedua tangannya
dan menyerahkan majalah tersebut, laki-laki itu menerima majalah tersebut dan
menumpuknya dengan buku tentang arsitektur yang sudah ia pilih untuk dibeli.
“Indonesia, anda orang indonesia?” Tanya Lee Hara.
“ya... “ laki-laki itu mengkerutkan
keningnya, tak menyangka wanita berkarakter korea yang ada di hadapannya bisa
menebak asal-usul kebangsaannya.
“oh, maaf. Saya mendengar anda bicara
saat di telepon tadi.”
“anda bisa bahasa indonesia?” tanya
laki-laki itu dan tersenyum.
“ya. Cukup mengerti dan bisa.”
“oh, baiklah. Waktu saya tidak banyak.
Saya buru-buru.” Laki-laki itu melihat jam tangannya.
“baiklah. Senang bertemu anda.
Terimakasih.” Sungguh, sebenarnya Lee Hara ingin lebih lama berbincang dengan
laki-laki itu.
“permisi.” Dengan santun laki-laki itu
meninggalkan Lee hara melangkah menuju tempat kasir, dan tak lama ia keluar
dari toko buku. Sementara Lee Hara masih terpaku sambil menatap langkah
laki-laki itu hingga menghilang dari pandangannya.
*****
Besok
pagi semua desain produk tempat pencuci piring ini harus sudah selesai...
gumam Lee Hara, malam ini ia akan menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan
semua tugasnya itu.
Chul Hee membuka pintu kamar, ditangan
kanannya ada segelas susu coklat kesukaan Lee Hara,
“kakak, ibu menyuruhku memberikan susu
ini untukmu.”
“Ah... Chul Hee yang baik hati.
Terimakasih ya. Bisa tolong letakkan susu itu di meja saja.” Lee Hara fokus
pada layar laptopnya, membuat desain 3-Dimensi.
“baiklah.” Chul Hee masuk ke kamar dan
meletakkan segelas susu yang ia bawa di atas meja. Anak laki-laki berusia
sepuluh tahun ini adalah adik yang sangat baik bagi Lee Hara.
“oh ya kak. kata Ibu , jangan tidur
terlalu malam. Kakak harus menjaga kesehatanmu.”
“baiklah Chul Hee sayang, teimakasih
ya.”
Chul Hee keluar dari kamar dan menutup
pintu kamar.
Lee Hara terpaku, menatap segelas susu
coklat di atas meja kamarnya. Dalam hati dengan tereharu ia meluapkan
perasaannya,
Ibu,
kau begitu baik padaku. Begitu sayang padaku. Sangat peduli pada kesehatanku.
Begitu juga ayah, nenek dan Chul Hee. Aku sangat menyayangi kalian. Benar-benar
seperti keluargaku sendiri, aku bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Lee.
Ingin selamanya bersama kalian.
Lee Hara kemudian meraih gelas itu dan
meminum susu coklat kesukaannya perlahan-lahan sembari menikmati kehangatan
kasih sayang ibu dan keluarga Lee.
Tugas Lee Hara diluar perkiraannya
ternyata dapat ia selesaikan lebih cepat, tinggal menyempurnakannya dengan
paduan bahan dan warnanya saja.
“akhirnya selesai juga.” Wajah Lee Hara
menyiratkan kelegaan. Printer pun segera beroperasi mencetak tiga alternatif
desain tempat pencuci piring yang ia buat.
“Huuuaaaaam. Baiklah Hara-ssi, sudah
waktunya kau istirahat.”
Lee Hara pun tertidur di lantai bersama
buku, artikel, majalah, laptop dan semua yang berserakkan di lantai kamarnya.
*****
Pagi yang cerah di kantor Star Tower,
Lee Hara selalu tak bisa datang ke kantor lebih awal, apalagi jika harus
mengerjakan tugas mendesak di rumah. Baru saja tiba di kantor, ia langsung
disambut oleh Nam Woo,
“oh, Hara-ssi. Sayang sekali kau tidak
bersama kami kemarin. Kau tau, liburan kemarin sangat menyenangkan.’
Lee Hara menyambutnya dengan senyuman,
“baguslah. Kalian menikmati tempat itu.”
Dae ill pun tak ketinggalan bicara,
“iya, aku pun sangat nyaman di tempat
itu, yah... tidak perlu khawatir memikirkan tatanan rambutku ini.”
“hahaha, iya Dae ill. Dan hari ini
kesibukan di kantor kita mulai lagi” kata Lee Hara sambil meletakkan tasnya di
atas meja kerjanya.
Dae ill pun kembali ke meja kerjanya.
Seong Myeon yang baru keluar dari ruang
manajer langsung menyapa Lee Hara.
“hai nona, apa tugasmu sudah selesai?
Sepertinya kau tampak lelah, hari libur pun kau gunakan untuk kerja.”
Lee Hara tersenyum,
“apa manajer Han sudah datang?”
“ya, sepertinya ia tak sabar menunggu
hasil desain terbarumu.” Jawab Seong Myeon.
“Baiklah.” Dengan mendekap hasil tugasnya, Lee Hara
melanglah menuju ruang Manajer Han,
“Achim insa. Selamat pagi.” Lee hara
menyapa manajer Han.
“mana hasil desain yang ku perintahkan
padamu?” manajer Han langsung fokus pada Lee Hara dan meletakkan berkas yang
sedang ia pegang di atas meja.
Lee Hara pun menyerahkan hasil karya
original nya kepada manajer Han.
Manajer Han langsung melihat satu demi
satu kertas yang ada di tangannya.
Lee Hara pun menjelaskan satu demi satu
konsep desain yang ia buat.
“baiklah. Hasil kejamu sangat memuaskan.
Selamat ya.” Manajer Han memuji dan tersenyum.
“terimakasih.” Lee Hara merasa lega,
karena memang ia sadar hasil desain terbarunya memang bagus dan unik, belum
pernah ada di pasar manapun beredar.
“siang ini juga akan aku bahas dengan tim
produksi dan tim pemasaran. Semoga segera cepat memproduksi dan memasarkan
produk tempat pencuci piring terbaru dari perusahaan Star Tower.”
“baiklah kalau begitu.” Lee Hara
menundukkan kepalanya menyetujui perintah, lalu melangkah keluar dari ruangan
manajer.
*****
Lee Hara menikmati segelas capuccino dan
makanan ringan di sebuah kafe yang tak jauh dari kantornya. Ia lalu tersadar akan satu hal, ya... sudah
lama ia tak membuka dan memeriksa emailnya. Kesibukannya di kantor membuatnya
lupa jika ia sering berkirim kabar pada teman-temannya dari berbagai negara.
Terutama dengan seorang sahabatnya dari Indonesia. Lee Hara pun segera membuka
note book yang selalu ia bawa dalam tasnya kemanapun ia pergi.
Ada beberapa email yang masuk, dan satu
email yang sangat ia tunggu,
“Salma, apa kabarmu ?” Lee Hara langsung
membaca email dari sahabatnya itu :
Jika
kau terjebak dalam hujan yang sangat deras dan kau tak mampu menjangkau satu
tempatpun untuk berlindung, maka senyumlah, janganlah marah dan berduka. Karena
hujan sesungguhnya adalah rahmat. Hujan membawa keberkahan. maka berdoalah pada
saat hujan, doamu akan dikabulkan.
Dan
untukmu Hara, semakin deras hujan maka aku semakin tak dapat menghitung rasa
syukurku menjadi sahabatmu.
Kalimat-kalimat yang sangat menyejukkan
hati selalu Lee Hara dapatkan dari email sahabatnya ini.
Persahabatan mereka terjalin sejak SMA, mereka
bersahabat dari kelas satu SMA. Dulu Lee Hara pernah tinggal di Indonesia
dengan ayahnya, tepatnya di kota Bandung. Ayah kandung Lee Hara adalah orang
asli Indonesia, keturunan Sumatera Barat, namun ia sendiri tak pernah mengenal
kampung halaman dan juga keluarga ayahnya. Karena sejak menikah dengan mendiang
ibunya yang berkebangsaan Korea Selatan, ayah Lee Hara memang meninggalkan
keluarga besarnya dan tidak pernah berhubungan lagi. Lee Hara pun berkarakter
wajah lebih dominan mengikuti ibunya, lebih korea meski garis indonesianya juga
ada. Setelah Ibunya meninggal, Lee Hara hanya tinggal bersama ayahnya. Ketika kelas
tiga SMA ayahnya menikah lagi dengan wanita keturunan Jawa. Sikap Ibu tirinya yang
tak terlalu peduli pada hidupnya membuat Lee Hara memutuskan untuk meneruskan
masa depannya di negeri Korea di tempat ibunya dilahirkan. Di kampung halaman
ibunya di Kota Seoul. Saat itulah perpisahan tak terhindarkan antara Lee Hara dan
Salma Ayu Fathiah, setamat SMA empat tahun silam mereka hanya bisa
berkomunikasi melalui sms, telepon dan email, namun lebih sering lewat email,
karena masing-masing punya aktivitas yang banyak menyita waktu.
Di kota Seoul Lee Hara tinggal bersama
neneknya, namun itu tak lama hanya satu tahun, kemudian neneknya meninggal dan
keluarga terdekat neneknya yaitu nenek Sang Min Sae langsung membawa Lee Hara
untuk tinggal bersama keluarganya, nenek, ayah, ibu dan Chul Hee. Nama Lee di
depan nama Hara pun diambil dari marga Ayah angkatnya (Lee Jin Hyuk) yang sudah
menganggapnya sebagai anak sendiri. Meski begitu Lee Hara tetap berkomunikasi
dengan ayahnya walaupun hanya sebatas sms dan itupun sangat jarang sekali.
Selepas SMA, Lee Hara melanjutkan
sekolah desain grafis dan interior di Kota seoul sementara Salma melanjutkan
kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) mengambil jurusan seni sastra. Saat
ini Lee Hara sudah bekerja di perusahaan desain interior Star Tower, sebuah
perusahaan yang berkembang pesat di kota Seoul. Sementara Salma baru tamat dari
kuliahnya, namun sudah lama bekerja di perusahaan penerbit. Salma kuliah sambil
bekerja, menulis novel dan artikel pun adalah kegiatannya di perudahaan
penerbit selain tugasnya sebagai editing.
Aku
juga bahagia memiliki sahabat sepertimu Salma, terimakasih atas segalanya.
Segala kebaikan yang telah kau tanamkan padaku, dan atas segala ketegaranmu
yang menjadikan aku tegar, dan atas kesabaranmu yang menjadikan aku sabar, dan
atas semangatmu yang menjadikan aku semangat. Suatu saat kita pasti akan
dipertemukan kembali. Semoga.
Lee Hara segera mengirimkan email yang
telah ia ketik ke email Salma, dan terkirim.
Tak terasa segelas capuccino itu habis
dan hanya tinggal sedikit saja makanan ringan di piring kecil diatas meja.
Lee Hara kemudian menatap ke arah luar
jendela Cafe. Tampak sosok laki-laki Indonesia yang pernah bertemu dengannya di
Toko buku waktu itu sedang berjalan munuju ke arah pintu Cafe dan masuk. Lee
Hara langsung terpaku melihat kedatangan laki-laki itu, namun laki-laki itu
hanya bertemu dengan pelayan Cafe dan menyerahkan lima susunan wadah roti dan
selembar kertas, lalu pergi ke arah luar Cafe. Apa dia pembuat roti di Cafe ini?, gumam Lee Hara. Ia pun penasaran
dan langsung berdiri untuk melihat ke arah mana laki-laki itu pergi.
Dari balik jendela Lee Hara melihat
laki-laki Indonesia itu pergi dengan mengendarai sepeda pixi. Sosok laki-laki muslim
itu sepertinya begitu menarik perhatian Lee Hara. Melihat pelayan yang tadi
bertemu dengan laki-laki itu ingin sekali rasanya Lee Hara bertanya, namun niat
itu diurungkannya.
*****
Di sebuah rapat yang diadakan oleh
direktur perusahaan Star Tower. Rapat itu dihadiri oleh seluruh tim perusahaan.
Direktur memuji kerja keras setiap tim perusahaan yang mampu mendongkrak nama
Star Tower sehingga dapat sejajar dengan perusahaan interior dari luar Korea
dan mampu meraih pasar untuk beberapa produk interior sehingga keuntungan yang
dihasilkan oleh perusahaan Star Tower melebihi dari target.
Manajer Han melihat ke arah Lee Hara
lalu tersenyum, Lee Hara menganggukkan kepalanya.
“hei, Hara-ssi, sepertinya gaji kita
akan dinaikkan mulai bulan ini” bisik Nam Woo yang kebetulan duduk di sebelah
kanan Lee Hara, namun Lee Hara hanya tersenyum dan tetap fokus pada pengarahan
Direktur.
Rapat pun diakhiri dengan tepuk tangan
dan keriangan seluruh tim perusahaan Star Tower.
*****
Di ruang manajer Han beberapa saat
setelah rapat selesai, semua tim perencana yang terdiri dari delapan orang
termasuk Lee Hara, Seong Myeon, Nam Woo dan Dae ill mendengarkan arahan dari
manajer Han,
“ke depan kita akan bekerjasama dengan
beberapa perusahaan depelover untuk desain interior perumahan, perkantoran,
rumah sakit, sekolah, dan lain-lain. Terdapat lima perusahaan yang akan mulai
bekerjasama dengan Star Tower, dan tim pemasaran memprediksi
perusahaan-perusahaan depelover lain banyak yang akan memakai jasa desain
interior Star Tower. Untuk itulah diharapkan tim perencana dapat terus
memaksimalkan ide dan kreatifitas kalian dalam menghasilkan desain yang
terbaik, terkini dan dapat memuaskan perusahaan depelover dan konsumen
tentunya.”
Semua tim perencana yang berdiri,
terpaku mendengar Manajer Han bicara, sesekali mereka melirik satu sama lain.
Manajer Han pun meneruskan arahannya,
“untuk proyek kerjasama yang pertama
ini, setiap perusahaan depelover akan dipegang oleh satu orang desainer.
Baiklah. telah ku pilih lima orang terlebih dahulu untuk langsung menangani dan
bertanggung jawab terhadap desain interior setiap perusahaan. yang belum
ditugaskan, artinya lebih fokus untuk produk-produk perusahaan Star Tower.”
Setelah memberikan arahan tersebut,
manajer Han membagikan berkas tentang perusahaan depelover yang akan mereka
pegang. Ada lima berkas, dan yang mendapatkan berkas tersebut, berarti dia akan
terus berhubungan dengan perusahaan tersebut dan memiliki tanggungjawab untuk
ikut mensukseskan perusahaan tersebut.
Lee Hara juga mendapatkan berkas
tersebut, ia mulai melihat profil perusahaannya,
“Bichnaneun Hill...? “ Lee Hara mencoba
mengingat, Manajer Han yang memperhatikan Lee Hara memberikan arahan,
“Bichnaneun Hill adalah salah satu
perusahaan depelover yang mulai berkembang di Korea saat ini, perusahaan
tersebut baru empat tahun yang lalu berdiri dan mereka lebih fokus pada
pembangunan hotel, pusat Resort. Saat ini dengan manajemen barunya, Bichnaneun
Hill akan mengembangkan perumahan dengan konsep desain interior modern
minimalis. Dan itu tugasmu Hara-ssi!”
“oooh....” mata menatap berkas yang ia
pegang dengan mata yang lebih tajam.
“ dan kalian semua, mulailah mendatangi
perusahaan tersebut. bekerjalah lebih keras, berjuanglah dan.... Semangat!!!”
Manajer Han memang motivator paling
ulung di Star Tower. Beruntunglah bagi mereka yang mengenalnya.
*****
keesokan harinya Setelah mengetahui tempat
Bichnaneun Hill berada di lantai 7 di gedung yang sama dengan kantor Star
Tower, Lee Hara langsung ke kantor Bichnaneun Hill.
Mmmmh,
suasana kantor yang penuh inspiratif Lee Hara terkagum ketika masuk ke kantor
Bichnaneun Hill. Ruangan yang tertata dengan arsitektur yang modern dimana
setiap meja kerja disekat dengan partisi sejenis kaca sehingga meski terpisah
oleh sekat ruang namun antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lainnya masih
dapat saling bertatapan dan berkomunikasi. Di dinding kantor tedapat hasil
karya arsitek-arsitek profesional berupa desain gedung-gedung penting di Kota
Seoul.
“maaf nona, ada keperluan apa? Tanya
seorang staff di kantor itu.
“oh... ya. Saya Lee Hara dari perusahaan
Star Tower. Mulai hari ini saya di utus perusahaan untuk membantu desain
interior proyek Bichnaneun Hill.” Jawab Lee Hara dengan snyum optimisnya.
“oh, nona Lee Hara. Baiklah. Silahkan ke
ruang manajer, anda sudah ditunggu.”
Kata staff tersebut sambil menunjukkan
tempat ruangan yang akan dituju, dan segera saja Lee Hara melangkah menuju
ruangan itu.
“Permisi. Annyonghaseyo....” Lee Hara
memberi salam. Namun tiba-tiba....
“oh... anda....? ” Lee Hara terkejut
melihat sosok sang manajer yang pada saat bersamaan melihat sosok Lee Hara.
Mereka saling menatap.
Dia
kan........
di
toko buku itu..........
di
cafe itu..........
*****to be continued*****
tapi gak janji ya.................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar