penat, benar-benar penat.
nih, ada kelanjutan cerita dari kisah ala korea,
cuma sedikit sih, penulisnya lagi gak semangat.
LOVE TOWER (Eps. Pelangi...?)
Manager Rey menatap Lee Hara lalu
tersenyum hangat,
“anda kah desainer interior perwakilan
dari Star Tower ?”
“ oh... heeee iya. Aku Lee Hara. Senang
bertemu dengan anda kembali.”
Mendengar ucapan Lee Hara, kening Manajer Rey sedikit
mengkerut.
“oh, apa anda tidak ingat? Sebelumnya
kita pernah bertemu di toko buku, waktu itu aku pernah meminjam sebentar satu-satunya majalah limited edition yg
tersisa di rak desain interor sebelum anda membelinya.” Lee Hara mencoba
membuka ingatan manajer Rey.
Manajer Rey tersenyum pertanda ia ingat,
lalu mengambil satu majalah diantara empat tumpukan majalah yang tersusun di
sudut meja kerjanya,
“silahkan jika ingin membacanya kembali,
semoga bermanfaat.” Manajer Rey memberikan majalah limited edition itu kepada
Lee Hara.
Tentu saja Lee Hara terkejut, itu
majalah limited edition yang sangat sulit didapatkan. Tanpa tahu maksud manajer
Rey terhadap majalah tersebut, hanya dipinjamkan saja atau memang diberikan cuma-cuma
pada Lee Hara, ia hanya menyambut majalah tersebut,
“ baiklah. terima kasih. Tentu saja
majalah ini sangat kubutuhkan.”
Tiba-tiba Hwang Sed Min (staff kantor) masuk ke ruangan manajer Rey,
“permisi...”
“ya, silahkan” jawab manajer Rey.
“Manajer
Rey, ada surat masuk dari perusahaan departemen store . Mereka akan mengadakan
pameran property. Ada tiga puluh perusahaan property yang diundang termasuk
juga perusahaan Bichnaneun Hill.”
Hwang Sed Min menyerahkan surat tersebut
kepada manajer Rey.
Oohhh....
namanya Rey. dia dipanggil manajer Rey. mmmh... gumam Lee Hara setelah mendengar wanita yang berdiri di
sebelahnya memanggil pria berkharisma dan baik hati yang duduk dihadapannya.
“ Baiklah. Terima kasih.” Manajer Rey
menyambut sepucuk surat tersebut.
“ Sed Min, perkenalkan ini nona Lee
Hara. Perwakilan dari Star Tower yang akan bekerjasama dengan perusahaan
Bichnaneun Hill untuk proyek terbaru nanti.” Kata manajer Rey.
“oh, perkenalkan aku Lee Hara. Senang
bertemu anda.” Lee Hara lebih dulu memperkenalkan diri.
“baiklah. Kau dari marga Lee ya? Aku Hwang
Sed Min. Senang juga bisa bekerjasama denganmu. Oh ya. Mulai hari ini dan
seterusnya kita akan sering berhubungan. Jika kau mengalami kesulitan atau
butuh bantuan tentang proyek kita nanti, jangan segan untuk bertanya padaku
ya.”
“baiklah.” Jawab Lee Hara.
Keduanya berjabat tangan dan saling
memperagakan gaya salam khas korea dengan memungkukkan badan ke depan.
*****
Sementara di sebuah perusahaan penerbit
ternama yang terletak di Jakarta, kesibukan pengeditan sebuah majalah islami
yang populer di Indonesia tampak terlihat di ruang editing. Ya, ruangan itu
dihuni oleh empat orang, tiga orang yaitu Ratna, Ilham dan Lili adalah staff
editing sementara yang satu lagi seorang akhwat yang berkarakter lembut dan
bersahaja bernama Salma adalah kepala editing. Keempatnya merupakan alumni
Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan yang sama. Mereka bisa terus bersama
dalam dunia kerja karena Salma yang sejak kuliah sudah bekerja di perusahaan penerbit
tersebut merekomendasikan ketiga temannya kepada pimpinan redaksi. Menurut
Salma, daripada bingung mencari staff, lebih baik teman-temannya saja yang
direkomendasikan. Bukannya nepotisme, tapi lebih pada keefektifan dan
keefisienan. Lagi pula Salma sudah sangat faham dengan karakter dan kepribadian
ketiga teman kuliahnya tersebut, dan yang lebih utama menurut Salma bahwa
ketiga temannya ini memiliki fikroh yang sama. Di kampus mereka berempat aktif
dalam kegiatan organisasi kampus baik organisasi keagamaan maupun organisasi
kemahasiswaan.
“ Salma, bagaimana menurutmu ?” tanya Ratna
sambil menunjukkan selembar kertas hasil editing kepada Salma.
“mmmh, bagian mana tadi yang diedit,
ukht ?” tanya Salma.
“di paragraf kedua dan keempatnya.”
Jawab Ratna yang kemudian duduk di kursi yang terletak di hadapan meja kerja
Salma.
Salma membaca dan menelaahnya, kemudian
tersenyum,
“subhanallah, hasil edit yang luar biasa
Ratna. Artikel ini menjadi sangat menarik untuk dibaca. Selamat ya.” Salma
memuji Ratna sembari memparaf lembar kertasnya lalu menyerahkan kembali kepada
Ratna untuk diproses ke tahap berikutnya.
“alhamdulillah. Sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Ane memang suka artikel ini ukht, namun
memang ada bagian paragraf yang harus ane edit.”
Ilham ikut nimbrung ke meja kerja Salma,
“sabtu pekan ini ada acara bedah buku
Lukisan Kalbu di kampus UI depok, ane hanya mengingatkan. Anti jangan telat
lagi ya, nanti mahasiswanya kecele lagi hehehe.”
Selain menjadi kepala editing,
Salma juga berprofesi sebagai penulis
novel. Sudah enam novel islami yang ia hasilkan dan semuanya menjadi novel
populer di Indonesia terutama untuk kalangan pencinta novel.
“ Jazakallah akh. Nanti hari sabtu ba’da
subuh ane langsung ngibrit ke depok.”
Jawab Salma yang sedikit malu karena sering diingatkan teman-temannya
untuk jadwal bedah bukunya.
“mau ngibrit pake apa?” tanya Lili
dengan nada candaan.
“ hahaha, jangan sampai deh ngerayu
mister.Ou ? Ilham menambahkan.
“mister.Ou???” kening Salma mengkerut.
Apaan tuh?
“yaaaaah ukhti, maksudnya abang
Ouuuuuuuuuuujek hihihi.” Ratna lebih paham bahasa kamus Ilham.
“hehehe. Wah, mending ane naik kereta
pertama. Mudah-mudahan gak telat lagi deh. InsyaAllah.” Jawab Salma.
“aamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.” Semua
penghuni ruang editing meng-aamiin-kan.
*****
Di ruang rapat kantor Bichnaneun Hill,
tim sukses proyek yang dipimpin oleh manajer Rey baru selesai melaksanakan
meeting perencanaan yang mereka sebut pra-action.
“ Manajer Rey, ini beberapa pilihan
desain ornamen plafon. Aku memadukan gaya ciri khas Eropa dan Timur Tengah.
Karena buru-buru, aku tak sempat mencetaknya. Tapi silahkan anda lihat soft
copynya. Nama Filenya Plafon new.”
Kata Lee Hara sambil menyerahkan sebuah
flashdisc mungil berwarna biru langit kepada manajer Rey.
“Baiklah. Terimakasih. Oh ya, jika butuh
referensi lebih banyak tentang desain interior, dirumah ada beberapa majalah
limited edition. Ambil saja di rumah, semoga bermanfaat.” Manajer Rey
mengoleksi beberapa majalah desain interior limited edition di rumahnya.
“oh, terima kasih. Baiklah manajer Rey.
Permisi.”
Lee Hara lalu pergi meninggalkan ruang
meeting. diruang kantor Lee Hara sempat berbincang dengan Hwang sed Min,
“Sed Min, kau tampak semangat sekali.
Semoga proyek kita berhasil!” sapa Lee Hara dengan senyum khasnya.
“baiklah Hara. Kita harus semangat dan
lebih tekun lagi. Jika proyek ini sukses, akan banyak hal menyenangkan yang
akan kita dapatkan setelahnya.”
“Semangat!!!!” Lee Hara mengepalkan
jemari kanannya dan mengangkatnya ke arah langit.
“oh ya, apa kau tau Hara. Manajer Rey
adalah manajer baru di perusahaan Bichnaneun Hill, Dia salah satu arsitek muda
terbaik di Jepang namun pindah ke Korea karena perusahaaan Bichnaneun Hill
benar-benar membutuhkan orang yang ahli. Manajer Rey menggantikan manajer lama
yang pindah ke perusahaan lain.” Sed Min melanjutkan obrolan.
“begitu ya. Mmmh... pantas. Sangat
jarang seorang pria dengan tampilan yang masih muda bisa menduduki jabatan
manajer jika dia bukan orang yang hebat dan cerdas.” Lee Hara semakin penasaran
dengan sosok manajer Rey.
“Manajer Rey sebenarnya berasal dari
Indonesia, dia seorang muslim. Tentu kau akan dapat membedakannya dengan yang
lain jika sering berkomunikasi dengannya.” Hwang Sed Min memang paling sering
berkomunikasi dengan manajer Rey di kantornya. Lee Hara pun sudah mengetahuinya
saat di toko buku waktu itu ia mendengar manajer Rey berbicara via ponsel
dengan seseorang yang ia yakini adalah orang Indonesia juga.
“mmmh. Sed Min. Bisakah kau beritahu
dimana alamat manajer Rey. Aku membutuhkan referensi desain interior, manajer
Rey menyuruhku mengambil majalah limited edition di rumahnya.” Tanya Lee Hara
yang baru sadar belum meminta alamat pada manajer Rey.
Hwang Sed Min mengambil secarik kertas
memo kecil dan menuliskan alamat manajer Rey lalu memberikannya kepada Lee
Hara,
“ini. Semangat ya Hara!”
“oh, baiklah. Sekarang aku harus kembali
ke Star Tower untuk laporan hasil meeting tadi.” Ujar Lee Hara sembari pamit
kepada Hwang Sed Min.
*****
Di dalam sebuah masjid besar yang berada
di Jakarta Barat sore hari, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an lirih namun sangat indah membuai rongga
telinga. Tak ada siapapun di shaf wanita selain Salma, sementara di tempat
sholat laki-laki yang berhijab sehelai kain hijau botol yang membentang dari
dinding sebelah kanan sampai dinding sebelah kiri masjid sebagai pembatas
antara tempat laki-laki dan tempat perempuan hanya beberapa orang saja yang
mampir untuk sholat. Kebiasaannya mangkal di masjid setiap sore sudah lama
Salma lakukan. Tepatnya sejak awal kuliah. Masjid, dimanapun berada adalah
tempat paling nyaman bagi Salma. Ia sendiri, hanya sendiri.
Di masjid, selain sholat ashar Salma
selalu mentilawah kitab suci Al-Quran dan juga melakukan muhasabah diri melalui
makna ayat-ayat yang ia baca,
Aku
berlindung kepada Allah dari godaan syeitan yang terkutuk.
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Sungguh
beruntung orang-orang beriman.
Yaitu
orang yang khusyuk dalam shalatnya.
Dan
orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.
Dan
orang yang menunaikan zakat.
Dan
orang yang memelihara kemaluannya.
Kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka tidak tercela.
Tetapi
barang siapa mencari dibalik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas.
Dan
sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.
Serta
orang yang memelihara shalatnya.
Mereka
itulah orang yang akan mewarisi.
Yakni
yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.
Dan
sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah.
Kemudian
Kami menjadikannya air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian,
air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian,
Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, pencipta yang
paling baik.
Kemudian
setelah itu, sungguh kamu pasti mati.
Kemudian,
sungguh kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari kiamat.
Dan
sungguh Kami telah menciptakan tujuh lapis langit di atas kamu, dan Kami
tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami.
Maha
suci Allah dengan segala firmannya.
Salma lalu meletakkan Al-Qur’an
mungilnya di sudut sajadah, kemudian ia melakukan sujud dan duduk kembali lalu
mengangkat kedua tangannya untuk berdoa,
“Ya Rabb, wahai Engkau yang sangat aku
cintai melebihi segalanya. Maha suci Engkau yang telah menciptakan tujuh lapis
langit di atasku. Sungguh, Engkau maha sempurna dan tiada sekutu bagi-Mu.
Allah, tiada yang kuharapkan seindah pertemuanku dengan-Mu. Aku mohon ampunilah
aku dan seluruh anggota tubuhku. Sungguh hamba sangat lemah dihadapan-Mu ya
Rabb, maka kuatkanlah aku. Telah ku syukuri segala nikmat yang Engkau berikan
padaku, maka janganlah Engkau putus nikmat itu ya Rabb. Tambahkanlah selalu dan
tambahkanlah selalu. Aku memohon pada-Mu kebaikkan untuk setiap urusanku, dan
rahmatilah aku. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih-Mu
Rasulullah SAW yang juga sangat kurindukan semoga keberkahan menaungi keluarga
dan sahabat-sahabatnya. Aamiin Ya Rabbal alamiin.”
Salma melirik jam tangannya, waktu
hampir melampaui petang, ia lihat dari jendela masjid jingga yang merata di
ufuk barat namun awan masih sedikit malas untuk mengelam.
Salma tertegun berdiri di sisi jendela
sambil menghadap ke langit,
“pelangi, betapa sulitnya kau
menampakkan diri. Kini... mmmh.... Ya Allah.” Salma menghela nafas panjang
penuh kepasrahan kemudian menunduk dan segera melangkah menuju ke luar masjid
untuk pulang ke rumahnya.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar