Minggu, 26 Agustus 2012

mmmh...
penat, benar-benar penat.



nih, ada kelanjutan cerita dari kisah ala korea,
cuma sedikit sih, penulisnya lagi gak semangat.



LOVE TOWER  (Eps. Pelangi...?)


Manager Rey menatap Lee Hara lalu tersenyum hangat,
“anda kah desainer interior perwakilan dari Star Tower ?”
“ oh... heeee iya. Aku Lee Hara. Senang bertemu dengan anda kembali.”
Mendengar  ucapan Lee Hara, kening Manajer Rey sedikit mengkerut.
“oh, apa anda tidak ingat? Sebelumnya kita pernah bertemu di toko buku, waktu itu aku pernah meminjam sebentar  satu-satunya majalah limited edition yg tersisa di rak desain interor sebelum anda membelinya.” Lee Hara mencoba membuka ingatan manajer Rey.
Manajer Rey tersenyum pertanda ia ingat, lalu mengambil satu majalah diantara empat tumpukan majalah yang tersusun di sudut meja kerjanya,
“silahkan jika ingin membacanya kembali, semoga bermanfaat.” Manajer Rey memberikan majalah limited edition itu kepada Lee Hara.
Tentu saja Lee Hara terkejut, itu majalah limited edition yang sangat sulit didapatkan. Tanpa tahu maksud manajer Rey terhadap majalah tersebut, hanya dipinjamkan saja atau memang diberikan cuma-cuma pada Lee Hara, ia hanya menyambut majalah tersebut,
“ baiklah. terima kasih. Tentu saja majalah ini sangat kubutuhkan.”
Tiba-tiba Hwang Sed Min (staff  kantor) masuk ke ruangan manajer Rey,
“permisi...”
“ya, silahkan” jawab manajer Rey.
 “Manajer Rey, ada surat masuk dari perusahaan departemen store . Mereka akan mengadakan pameran property. Ada tiga puluh perusahaan property yang diundang termasuk juga perusahaan Bichnaneun Hill.”
Hwang Sed Min menyerahkan surat tersebut kepada manajer Rey.
Oohhh.... namanya Rey. dia dipanggil manajer Rey. mmmh... gumam Lee Hara setelah mendengar wanita yang berdiri di sebelahnya memanggil pria berkharisma dan baik hati yang duduk dihadapannya.
“ Baiklah. Terima kasih.” Manajer Rey menyambut sepucuk surat tersebut.
“ Sed Min, perkenalkan ini nona Lee Hara. Perwakilan dari Star Tower yang akan bekerjasama dengan perusahaan Bichnaneun Hill untuk proyek terbaru nanti.” Kata manajer Rey.
“oh, perkenalkan aku Lee Hara. Senang bertemu anda.” Lee Hara lebih dulu memperkenalkan diri.
“baiklah. Kau dari marga Lee ya? Aku Hwang Sed Min. Senang juga bisa bekerjasama denganmu. Oh ya. Mulai hari ini dan seterusnya kita akan sering berhubungan. Jika kau mengalami kesulitan atau butuh bantuan tentang proyek kita nanti, jangan segan untuk bertanya padaku ya.”
“baiklah.” Jawab Lee Hara.
Keduanya berjabat tangan dan saling memperagakan gaya salam khas korea dengan memungkukkan badan ke depan.

*****
Sementara di sebuah perusahaan penerbit ternama yang terletak di Jakarta, kesibukan pengeditan sebuah majalah islami yang populer di Indonesia tampak terlihat di ruang editing. Ya, ruangan itu dihuni oleh empat orang, tiga orang yaitu Ratna, Ilham dan Lili adalah staff editing sementara yang satu lagi seorang akhwat yang berkarakter lembut dan bersahaja bernama Salma adalah kepala editing. Keempatnya merupakan alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan yang sama. Mereka bisa terus bersama dalam dunia kerja karena Salma yang sejak kuliah sudah bekerja di perusahaan penerbit tersebut merekomendasikan ketiga temannya kepada pimpinan redaksi. Menurut Salma, daripada bingung mencari staff, lebih baik teman-temannya saja yang direkomendasikan. Bukannya nepotisme, tapi lebih pada keefektifan dan keefisienan. Lagi pula Salma sudah sangat faham dengan karakter dan kepribadian ketiga teman kuliahnya tersebut, dan yang lebih utama menurut Salma bahwa ketiga temannya ini memiliki fikroh yang sama. Di kampus mereka berempat aktif dalam kegiatan organisasi kampus baik organisasi keagamaan maupun organisasi kemahasiswaan.
“ Salma, bagaimana menurutmu ?” tanya Ratna sambil menunjukkan selembar kertas hasil editing kepada Salma.
“mmmh, bagian mana tadi yang diedit, ukht ?” tanya Salma.
“di paragraf kedua dan keempatnya.” Jawab Ratna yang kemudian duduk di kursi yang terletak di hadapan meja kerja Salma.
Salma membaca dan menelaahnya, kemudian tersenyum,
“subhanallah, hasil edit yang luar biasa Ratna. Artikel ini menjadi sangat menarik untuk dibaca. Selamat ya.” Salma memuji Ratna sembari memparaf lembar kertasnya lalu menyerahkan kembali kepada Ratna untuk diproses ke tahap berikutnya.
“alhamdulillah. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah. Ane memang suka artikel ini ukht, namun memang ada bagian paragraf yang harus ane edit.”
Ilham ikut nimbrung ke meja kerja Salma,
“sabtu pekan ini ada acara bedah buku Lukisan Kalbu di kampus UI depok, ane hanya mengingatkan. Anti jangan telat lagi ya, nanti mahasiswanya kecele lagi hehehe.”
Selain menjadi kepala editing, Salma  juga berprofesi sebagai penulis novel. Sudah enam novel islami yang ia hasilkan dan semuanya menjadi novel populer di Indonesia terutama untuk kalangan pencinta novel.
“ Jazakallah akh. Nanti hari sabtu ba’da subuh ane langsung ngibrit ke depok.”  Jawab Salma yang sedikit malu karena sering diingatkan teman-temannya untuk jadwal bedah bukunya.
“mau ngibrit pake apa?” tanya Lili dengan nada candaan.
“ hahaha, jangan sampai deh ngerayu mister.Ou ? Ilham menambahkan.
“mister.Ou???” kening Salma mengkerut. Apaan tuh?
“yaaaaah ukhti, maksudnya abang Ouuuuuuuuuuujek hihihi.” Ratna lebih paham bahasa kamus Ilham.
“hehehe. Wah, mending ane naik kereta pertama. Mudah-mudahan gak telat lagi  deh. InsyaAllah.” Jawab Salma.
“aamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.” Semua penghuni ruang editing meng-aamiin-kan.

*****
Di ruang rapat kantor Bichnaneun Hill, tim sukses proyek yang dipimpin oleh manajer Rey baru selesai melaksanakan meeting perencanaan yang mereka sebut pra-action.
“ Manajer Rey, ini beberapa pilihan desain ornamen plafon. Aku memadukan gaya ciri khas Eropa dan Timur Tengah. Karena buru-buru, aku tak sempat mencetaknya. Tapi silahkan anda lihat soft copynya. Nama Filenya Plafon new.”
Kata Lee Hara sambil menyerahkan sebuah flashdisc mungil berwarna biru langit kepada manajer Rey.
“Baiklah. Terimakasih. Oh ya, jika butuh referensi lebih banyak tentang desain interior, dirumah ada beberapa majalah limited edition. Ambil saja di rumah, semoga bermanfaat.” Manajer Rey mengoleksi beberapa majalah desain interior limited edition di rumahnya.
“oh, terima kasih. Baiklah manajer Rey. Permisi.”
Lee Hara lalu pergi meninggalkan ruang meeting. diruang kantor Lee Hara sempat berbincang dengan Hwang sed Min,
“Sed Min, kau tampak semangat sekali. Semoga proyek kita berhasil!” sapa Lee Hara dengan senyum khasnya.
“baiklah Hara. Kita harus semangat dan lebih tekun lagi. Jika proyek ini sukses, akan banyak hal menyenangkan yang akan kita dapatkan setelahnya.”
“Semangat!!!!” Lee Hara mengepalkan jemari kanannya dan mengangkatnya ke arah langit.
“oh ya, apa kau tau Hara. Manajer Rey adalah manajer baru di perusahaan Bichnaneun Hill, Dia salah satu arsitek muda terbaik di Jepang namun pindah ke Korea karena perusahaaan Bichnaneun Hill benar-benar membutuhkan orang yang ahli. Manajer Rey menggantikan manajer lama yang pindah ke perusahaan lain.” Sed Min melanjutkan obrolan.
“begitu ya. Mmmh... pantas. Sangat jarang seorang pria dengan tampilan yang masih muda bisa menduduki jabatan manajer jika dia bukan orang yang hebat dan cerdas.” Lee Hara semakin penasaran dengan sosok manajer Rey.
“Manajer Rey sebenarnya berasal dari Indonesia, dia seorang muslim. Tentu kau akan dapat membedakannya dengan yang lain jika sering berkomunikasi dengannya.” Hwang Sed Min memang paling sering berkomunikasi dengan manajer Rey di kantornya. Lee Hara pun sudah mengetahuinya saat di toko buku waktu itu ia mendengar manajer Rey berbicara via ponsel dengan seseorang yang ia yakini adalah orang Indonesia juga.
“mmmh. Sed Min. Bisakah kau beritahu dimana alamat manajer Rey. Aku membutuhkan referensi desain interior, manajer Rey menyuruhku mengambil majalah limited edition di rumahnya.” Tanya Lee Hara yang baru sadar belum meminta alamat pada manajer Rey.
Hwang Sed Min mengambil secarik kertas memo kecil dan menuliskan alamat manajer Rey lalu memberikannya kepada Lee Hara,
“ini. Semangat ya  Hara!”
“oh, baiklah. Sekarang aku harus kembali ke Star Tower untuk laporan hasil meeting tadi.” Ujar Lee Hara sembari pamit kepada Hwang Sed Min.

*****
Di dalam sebuah masjid besar yang berada di Jakarta Barat sore hari, lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an  lirih namun sangat indah membuai rongga telinga. Tak ada siapapun di shaf wanita selain Salma, sementara di tempat sholat laki-laki yang berhijab sehelai kain hijau botol yang membentang dari dinding sebelah kanan sampai dinding sebelah kiri masjid sebagai pembatas antara tempat laki-laki dan tempat perempuan hanya beberapa orang saja yang mampir untuk sholat. Kebiasaannya mangkal di masjid setiap sore sudah lama Salma lakukan. Tepatnya sejak awal kuliah. Masjid, dimanapun berada adalah tempat paling nyaman bagi Salma. Ia sendiri, hanya sendiri.
Di masjid, selain sholat ashar Salma selalu mentilawah kitab suci Al-Quran dan juga melakukan muhasabah diri melalui makna ayat-ayat yang ia baca,

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syeitan yang terkutuk.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Sungguh beruntung orang-orang beriman.
Yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya.
Dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.
Dan orang yang menunaikan zakat.
Dan orang yang memelihara kemaluannya.
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.
Tetapi barang siapa mencari dibalik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.
Serta orang yang memelihara shalatnya.
Mereka itulah orang yang akan mewarisi.
Yakni yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.
Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling baik.
Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati.
Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari kiamat.
Dan sungguh Kami telah menciptakan tujuh lapis langit di atas kamu, dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami.
Maha suci Allah dengan segala firmannya.

Salma lalu meletakkan Al-Qur’an mungilnya di sudut sajadah, kemudian ia melakukan sujud dan duduk kembali lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdoa,
“Ya Rabb, wahai Engkau yang sangat aku cintai melebihi segalanya. Maha suci Engkau yang telah menciptakan tujuh lapis langit di atasku. Sungguh, Engkau maha sempurna dan tiada sekutu bagi-Mu. Allah, tiada yang kuharapkan seindah pertemuanku dengan-Mu. Aku mohon ampunilah aku dan seluruh anggota tubuhku. Sungguh hamba sangat lemah dihadapan-Mu ya Rabb, maka kuatkanlah aku. Telah ku syukuri segala nikmat yang Engkau berikan padaku, maka janganlah Engkau putus nikmat itu ya Rabb. Tambahkanlah selalu dan tambahkanlah selalu. Aku memohon pada-Mu kebaikkan untuk setiap urusanku, dan rahmatilah aku. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih-Mu Rasulullah SAW yang juga sangat kurindukan semoga keberkahan menaungi keluarga dan sahabat-sahabatnya. Aamiin Ya Rabbal alamiin.”
Salma melirik jam tangannya, waktu hampir melampaui petang, ia lihat dari jendela masjid jingga yang merata di ufuk barat namun awan masih sedikit malas untuk mengelam.
Salma tertegun berdiri di sisi jendela sambil menghadap ke langit,
“pelangi, betapa sulitnya kau menampakkan diri. Kini... mmmh.... Ya Allah.” Salma menghela nafas panjang penuh kepasrahan kemudian menunduk dan segera melangkah menuju ke luar masjid untuk pulang ke rumahnya.

*****




Tidak ada komentar: