Jam tanganku menunjukkan pukul 13.56 WIB dalam perjalanan dari Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menuju Kota Palembang. penat sekali rasanya namun ada rasa lega karena sudah melewati fase kemacetan di jalan "lurus" yang menjadi satu-satunya jalan yang akan mengantarkanku pulang ke rumah. Akibat banyaknya perusahaan batubara yang bermunculan di provinsi Sumatera Selatan ini menyebabkan ruas jalan penghubung antar kabupaten dan kota menjadi sering diterpa kemacetan. lebih parah pernah kemacetan terjadi hampir 5 jam di jalan "lurus" tersebut. gak terbayang betapa penat dan malangnya nasib orang-orang yang terjebak dalam suasana itu.
Alhamdulillah akhirnya mobil travel yang membawaku dari Indralaya sampai juga di atas jembatan Ampera, kulihat jam tanganku menujukkan pukul 14.03 WIB.
"Mbak, nanti syh stopnya di masjid agung aja ya. mbak dimana?" tanyaku pada teman kerjaku yang sama-sama pulang ke Palembang.
"mbak stop di IP aja, ya udah. hati-hati ya dek" jawab mbak vinus.
"iya mbak,"
"pak, stop kiri depan ya"
mobil travel berhenti dipinggir jalan tepat di seberang masjid tua dan besar. ya masjid Agung lah namanya..
setelah menurunkan satu penumpang yang terlihat tampak letih dan penat (diriku), pak sopir segera menjalankan mobil travelnya hingga menghilang setelah melewati simpang tiga jalan Sudirman.
dan aku segera menyeberangi jalan menuju gerbang masjid Agung,
kulihat dari jarak 7 meter, pak ujang sedang duduk di tangga masjid sedang menunggu jamaah yang ingin menitipkan sepatu dan menyewa sendal untuk ambil wudhu. beliau kadang membuatku malu, sudah setua itu tapi tetap semangat untuk bekerja, sebuah pekerjaan mulia menawarkan jasa penitipan sepatu dan sewa sendal jepit ia laukan tiap hari dari pukul 10.00 WIB pagi hingga pukul 20.30 WIB malam.
" pak ujang, :) nih."
"apa nih mbk?" tanya pak ujang sambil menerima kotak makanan yang ku bawa dari Indralaya.
"biasa pak, jatah preman.hehehe... tadi abis nagih pajak di rumah makan Pagi Sore Indralaya"
"oh, ya makasih banyak ya mbak. waduh... makan enak hari ini. nih sendal jepitnya tak siapin yang warna biru kan"
"oke pak" ku lepas sepatu lalu menggantinya dengan sendal jepit masjid dan langsung menuju tempat ambil wudhu.
pak ujang memang paling bisa menservisku, beliau tahu sendal jepit mana yang mau aku pakai. mungkin karena hampir tiap hari hampir setahun ini aku selalu mampir ke masjid ini untuk sholat sepulang dari Indralaya.
Ya Allah, capek sekali rasanya. gumamku. alhamdulillah sholat Zuhur selesai. kulihat jam ditanganku menunjukkan pukul 14.30 WIB. wah, tanggung banget kalo pulang ke rumah sekarang, karena sudah memprediksikan kemacetan di jalan sudirman dan di simpang patal perumnas, mungkin sampai di rumah sekitar pukul 16.00 WIB. lebih baik tunggu sampai ashar di masjid, lumayan kan bisa sekalian sholat berjama'ah.
Akhirnya kusandarkan tubuhku di dinding masjid, Ya Rabb betapa letihnya tubuh ini, sampai ngantuk rasanya, perlahan tubuhku berganti posisi dari duduk tersandar menjadi baring terlentang. sorot mataku menatap langit-langit masjid Agung. "ya , Rabb ampunilah segala dosa-dosaku. betapa hamba kecil dihadapan-Mu". perlahan langit-langit berwarna hijau botol yang terus ku tatap hingga menjadi gelap..
"hei... dek, bangun... bangun!"
kudengar suara yang cukup lantang ditelingaku persis seperti suara pol PP di pasar 16 Ilir yang sedang mengusir para pedagang emperan di depan ruko-ruko sambil membawa pentungan.
"hei, bangun ini masjid tau!!!" suara itu makin tegas dan keras sepertinya sangat dekat sekali jaraknya dari telingaku, hingga aku mulai membuka mataku dan mendudukkan tubuhku yang masih sangat letih.
ku lihat sesosok wanita berusia sekitar 35 tahun dengan wajah marah sudah berdiri di hadapanku, dengan memakai mukena dan tasbih di tangan kanannya, beliau mulai ber "orasi" sambil menggacung-acungkan tangan kanannya ke arahku hingga tasbihnya pun seolah terguncang-guncang.
"dek, saya mau tanya. apa kamu tau kalau tempat ini namanya masjid?" sebuah pertanyaan dengan nada tegas dan lantang ditambah sorot mata yang tajam seolah ingin menelan tubuhku yang masih lemah ini.
"iya, mbak." aku jawab dengan nada pelan.
"nah. apa kamu tau kalau masjid itu tempatnya sholat?" pertanyaan yang disampaikan gak kalah lantangnya, kali ini ku lihat sorot matanya semakin tajam seperti ingin menerkam.
"iya, mbak". ku coba menyandarkan tubuhku ke dinding masjid.
"nah, kamu tau nggak kalo masjid itu sama dengan rumah Allah? cobalah kamu hormati sedikit, masjid ini tempatnya sholat, jangan seenaknya kamu tidur di sini!"
aku hanya tersenyum saja kali ini, apa boleh buat, aku bingung juga mau jawab apa. ini khilafku, aku tertidur di masjid.
"kamu tau, gimana tata tertib masuk masjid?" wah sepertinya aku dibombardir.
aku diam dan ku tatap sorot mata penuh amarah yang terus mengacung-aacungkan tangannya ke arahku.
"coba kalo ada orang yang bertamu ke rumahmu, terus seenaknya saja langsung tidur di ruang tamu, apa kamu gak marah? apa kamu gak terganggu?" dan wanita itu meneruskan "orasi"nya,
"pasti kamu marah kan! pasti kamu kesal kan! nah begitu juga Allah! kamu tau ini rumah Allah, tempat yang suci untuk beribadah, kenapa kamu tidur-tiduran di masjid. tolong ya dek, kamu tau diri!"
waw, ternyata diamku membuatnya semakin meledak.
"kamu tau, kenapa di Jawa ada lumpur Lapindo, di Aceh ada tsunami, di padang ada gempa bumi. tau kamu???"
lagi-lagi aku hanya diam dan menyelipkan senyuman tipis. duh seram banget nih orang.
"ya, karena orang-orang seperti kamu!"
ups, Astarghfirullah. rasanya hatiku berkecamuk dan dadaku mulai sesak.
"percuma kamu pake jilbab, menutup aurat tapi kelakuan kamu seperti ini. kamu tau Inul Daratista kan? Dewi Persik? yah, semuanya yang seronok di TV-TV. kamu tau mereka itu bisa menjadi penyebab semua mala petaka di Indonesia ini"
"kamu tau kenapa di Palembang ini masih aman-aman aja. gak ada musibah besar yang melanda kota ini. tau kamu?"
dan lagi-lagi aku hanya bisa menatap wajah wanita di hadapanku ini, kali ini fokus mataku ke arah tasbih berwarna coklatnya yang semakin lantang tergoncang.
"karena di palembang ini, masih banyak orang yang taat agama, masih banyak orang yang mendirikan sholat, masih banyak orang yang mengaji.."
"sekarang tolong ya dek, jangan pernah tidur lagi di masjid ini. kalo mau tidur, ya sana di rumahmu. kamu pake jilbab cantik-cantik percuma aja, gak tau adab di masjid!"
wanita itu kemudian membalikkan tubuhnya dariku setelah tampak lega berorasi lalu berjalan menuju ke satu sisi dalam masjid masih di bagian tempat sholat wanita. beliau duduk dan seperti melanjutkan zikirnya.
aku terdiam dan ku usap mukaku lalu ku tatap ke arah samping kiriku ternyata ada seorang wanita sebaya ku sedang duduk memegang buku sambil menatap ke arahku.
"sudah mbak, jangan diambil hati, biasalah...." bisiknya sambil tersenyum dan melirik ke arah wanita yang sudah duduk bezikir itu.
aku mencoba beranjak berdiri ke luar masjid menuju arah tempat mengambil wudhu.
"ambil wudhu lagi mbak?" tanya pak ujang sambil segera menyodorkan sendal jepit tentunya berwarna biru.
"iya pak, tadi ketiduran" jawabku.
setelah berwudhu, alhamdulillah tubuhku sudah mulai berkurang rasa letihnya, mungkin karena pacuan adrenalin yang tiba-tiba atau mungkin "orasi" wanita itu justru menyegarkan tubuhku. subhanallah.
ku langkahkan kakiku masuk ke dalam masjid "Assalamu'alaikum" dan langsug menuju rak yang banyak tersusun di dalamnya Al-Qur'an dan buku surat yasiin berbagai bentuk, warna dan ukuran. Al-Qur'an dan buku-buku surat yasiin itu sebagian besar adalah wakaf dari para jamaah masjid Agung.
ku ambil Al-Qur'an dan ku buka halaman surat Ar-Rahman. surat kesukaanku. dan mulai membacanya. dengan kesedihan hatiku, kulantunkan ayat demi ayatnya.
Ya, Allah ampunilah hamba jika kekhilafan hamba yang tertidur di masjid tadi adalah sebuah dosa.
sungguh hamba ini adalah hamba-Mu yang lemah lagi banyak sekali kekurangannya.
Adzan ashar pun berkumandang. tampak para jama'ah mulai memasuki masjid. sholat jama'ah dengan penuh hikmat.
itu kisah dua tahun yang lalu...
dan kini...
sudah lama sekali aku gak mampir sholat di masjid Agung ini. kulihat jam ditanganku menunjukkan pukul 16.30 WIB.
"pak ujang mana kak?" tanyaku pada seorang penjaga sepatu jama'ah.
"wah, pak ujang sudah dua bulan ini gak lagi kemari mbak. sudah tua pula mbak. tapi kalo mbak mau ketemu pak ujang, rumahnya di seberang ramayana mbk, di rumah susun, tanya aja sama anak-anak yang suka nongkrong di pos sana, semua tau sama pak Ujang". kata pemuda berumur sekitar 25 tahun itu sambil menyodorkan sendal jepit yang sebelah kiri warnanya merah dan sebelah kanan warnanya hijau dengan ukuran yang gak sama.
yah.... harus legowo, skrg tiada lagi pak Ujang yang selalu menyiapkan sandal yang baik untukku.
Ku masukki masjid "Assalamu'alaikum". tak ada balasan aku langsung menuju tempat gantungan mukena, mengambil mukena dan menuju shaf tempat sholat.
"apa kalian sadar, ini masjid bukan tempat nongkrong atau ngobrol!!! mau jadi apa kalian. percuma kalian pake jilbab tapi dalam masjid gak tau adab! lihat itu, saya perhatikan dari tadi kalian ketawa-ketawa ngobrol, ada yang utak-atik handphone. memangnya kalian pikir ini tempat apa? coba kalian hargai tempat ini. kalian tau jangankan kalian, Ustad dan ulama besar pun kalau saya lihat dimasjid ini ada yang nyeleneh, akan saya labrak!!!"
ku lihat dua orang remaja wanita mungkin mahasiswi dengan keadaan terdiam tak berkutik menatap sesosok wanita berdiri tegap dengan tangan kanan megacung-acung hingga tasbihnya seperti terguncang di hadapan mereka.
aku hanya tersenyum, lalu kumulai sholat asharku.
senja jingga..... februari 2012.
senja jingga..... februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar