Rabu, 06 Juni 2012

Tak Rugi Berbuat Baik

Siang itu, matahari tampak terik menyengat kulit tubuhku. hari yang sedikit melegakan kala Pak Soetarto memberikan pengumuman bahwa les tambahan mata pelajaran kimia hari ini di tiadakan, sehingga para murid kelas III IPA 1 bisa sedikit dibebaskan dari rutinitas pulang sekolah jam 4 sore. Maklum mendekati Ujian Nasional segala aktivitas belajar di intensifkan.
Namun karena sudah terbiasa pulang sore membuatku siang itu enggan untuk segera pulang ke rumah. Ku kayuh sepeda mini merah yang lumayan mewah bagiku karena sepeda pemberian papa yang kata beliau harganya mahal. Di pintu gerbang sekolah masih banyak berkumpul siswa-siswi lain yang juga mempunyai tujuan yang sama denganku yaitu meninggalkan sekolah.
“Nung, aku main ke rumahmu dulu ya, aku malas pulang ke rumah sekarang, biasanya pulang sore”.
“ya, boleh yah. Kita main-main di kamarku ya. Sekalian baca komik bareng”. Tawaranku disambut ninung dengan semangatnya.
Dan mulailah langkah sepeda kami mengarah ke rumah Ninung.

Sesampai di rumah ninung, kami langsung saja masuk rumah dan menuju ke kamarnya. Di rumah itu sepi hanya ada yuk neti saudara sepupu ninung yang juga ikut tinggal bersama orang tua ninung.
Setelah masuk ke kamar ninung, kudapati suasana kacau balau alias berantakan. Sepray tempat tidur yang carut marut, buku-buku yang berserakan di lantai, bekas bungkus coklat dan chiki ikut memeriahkan pemandangan di kamar, dan tumpukan pakaian kotorditambah handuk yang bertebaran di atas kursi dan tempat tidur.
“wah, nung. Pusingnya hehehe” komentarku melihat pemandangan yang sebenarnya tak jauh beda dengan pemandangan di kamarku. Aku malah tiba-tiba ingat bahwa tadi pagi juga meninggalkan kamar dalam keadaan yang hampir mirip dengan kamarnya ninung.
“ iya, yah. Maaf ya. Berantakan. Tadi pagi aku gak sempat beresin, abisnya buru-buru. Ayah  juga pake acara minta cariin map merah segala, duh jadinya ribet banget”.
“ya, gak apalah. Santai aja, kamarku gak jauh beda kayak gini” aku tersenyum sambil mikir juga dalam hati, bahwa sepulang dari rumah ninung gak bisa langsung mandi sore atau istirahat tapi harus beres-beres kamar dulu.
“ yah, komik-komiknya ada di rak tuh, baca aja” ninung mulai mengambil pakaian dan keluar kamar, mungkin ke kamar mandi mengganti pakaian. Entah kenapa rasanya begitu risih jika terus berada diruangan yang berantakan ini, sementara seharusnya membaca komik dan bercerita bersama teman lebih enak dilakukan jika ruangan tampak rapi dan tertata. Akhirnya inisiatif sendiri, mulailah ku rapikan sepray tempat tidur dan menyusun bantal gulingnya, lalu ku pungut bekas bungkus makanan ringan yang berserakan, ku rapikan dan ku susun buku-buku diatas meja belajar. Tak lupa handuk yang masih lembab ku gantung di balik  pintu kamar dan pakaian yang kotor ku masukkan dalam keranjang pakaian yang tersedia di kamar ninung.
“alhamdulillah, ya Allah. Yah makasih ya, duh aku jadi gak enak banget. Kok jadi kamu yang beresin semuanya. Aku jadi malu nih” sepertinya ninung tak menyangka bahwa kamarnya bisa langsung rapi sekejap setelah ia mengganti pakaian.
“iya, nyantai aja lah nung, di rumah kamarku juga suka berantakan” tukasku sembari mulai memilih buku komik yang hendak ku baca.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, sepeda mini ku kayuh dengan lumayan kencang agar cepat sampat ke rumah, di tengah jalan sesekali aku akrobat lepas tangan karena suasana jalan menuju ke rumahku gak terlalu ramai pengendara.

Sesampai di rumah kujumpai mama yang sedang menyajikan teh dan kudapan sore untuk papa di ruang tengah, kebiasaanku masuk ke rumah dari pintu belakang karena sepeda miniku sekalian bisa langsung ku parkir di garasi belakang. Langsung saja ku masukki kamarku dengan tersemat di fikiran akan membereskan kamarku yang berantakan.
“Subhanallah, alhamdulillah”. Kamarku sudah rapi, sepraynya pun sudah diganti. Langsung saja kuhempaskan tubuhku ke tempat tidur. Subhanallah nikmatnya bisa langsung istirahat dengan nyaman. Lalu aku duduk dan ku lihat buku-buku yang tadi pagi masih berantakan sudah tersusun rapi diatas meja belajarku dan pakaian kotorku sudah tak ada lagi di kamar.
Tiba-tiba mama sudah berdiri di pintu kamar “ enakkan kalau pulang sekolah kamarnya sudah rapi” mama tersenyum menyapaku.
“iya ma, makasih ya ma”. Jawabku. Mama langsung berlalu dari pintu kamar.
Termenung sejenak menikmati suasana kamar yang rapi, aku terbayang pada suasana kamar Ninung yang berantakan kacau balau bak habis kena gempa bumi tadi siang.
Ya, Rabb, terimakasih Engkau telah membantuku merapikan kamarku. Hal yang tak pernah kusangka sama sekali.

Itu kisahku waktu SMA dulu,

****

Penatnya hari meski mentari sudah mengarah ke ufuk barat, sore yang masih cukup menyengat panasnya suasana di pinggir jalan Kol.H.Burlian. Aku berdiri di trotoar menyetop mobil angkot jurusan Talang Betutu-Way Hitam yang akan mengantarkanku ke simpang Polda untuk kemudian transit dengan mobil angkot sejahtera jurusan Ampera-Perumnas.
“duh, Ya Allah, dompetku ketinggalan”. Kata seorang wanita sebayaku yang saat itu duduk tepat di sampingku, ku lihat raut wajahnya tampak pucat seketika, bolak-balik memeriksa isi tas di pangkuannya, semua bagian tas sudah dibukanya tapi tak ditemukan dompet ataupun uang yang mungkin saja tercecer dibagian dalam tasnya. Tampak kebingungan akhirnya ku sapa  “ kenapa mbak?” tanyaku.
“ini mbak, dompetku ketinggalan dirumah, duh gimana bayar ongkosnya ya” raut bingung diwajahnya tambah semakin nyata.
“mbak mau pergi kemana?” tanyaku lagi.
“ saya mau ke RS.Bunda mbak. Ibu saya sudah dua hari opname”
“ oh, ya udah mbak. Ongkosnya nanti saya bayar aja sekalian. Bentar lagi saya turun di depan sana” tunjukku ke arah simpang Polda yang sudah terlihat.
“wah, makasih ya mbak. Maaf saya jadi ngerepotin. Mbak pulang ke mana nanti saya balikin uangnya”
“gak usah mbak, santai aja.” Jawabku sambil memencet bel. Angkot berhenti dan aku segera turun dan menyerahkan ongkos kepada sopir “ Dua ya pak sama yang di belakang” kataku.
Kulambaikan tangan, kulihat wajah yang tersenyum indah dari dalam angkot.

Mmmh, suasana angkot sejahtera ini lebih menggerahkan ditambah lagi dengan asap rokok,  debu dan polusi di jalan Basuki Rahmat semakin menambah penat.
Tiba-tiba angkot berhenti di trotoar BLPT dan turunlah seorang wanita berjilbab yang duduk di depanku, “Pak dua ya, sama yang di belakang” terdengar suara wanita itu ditelingaku sedang aku masih dengan kepenatanku.
“siyah...”
Aku menoleh ke arah luar jendela angkot.
“sudah dibayar ya dek!” sambil tersenyum wanita itu melambaikan tangannya kepadaku. subhanallah aku terkejut ternyata wanita yang duduk di depanku adalah mbak yanti, kakak tingkat di kampusku dulu. Mungkin ketika aku naik angkot tadi beliau melihat raut wajahku yang kusut keletihan sehingga beliau mungkin tak tega untuk menyapaku.
Tapi mobil angkot terlanjur melaju hingga tak sempat ku ucapkan terimakasih, hanya lambaian tangan yang reflek menjawab lambaian tangannya.

Sesampai di rumah, aku tersenyum sendiri.
Benar sekali firman Allah itu “sesungguhnya jika engkau berbuat kebaikkan maka itu kebaikan untukmu sendiri...”.
Jika kita berbuat kebaikkan dengan tulus dan ikhlas maka Allah akan membalasnya dengan kebaikkan pula.
insyaAllah.aamiin.... :)

Tidak ada komentar: